RINGKASAN MSDM
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM) sebagai salah satu mata kuliah dalam
pembelajaran di program studi manajemen. MSDM mempunyai arti sangat
penting (signifikan), bukan saja dilihat dalam kontek manusia sebagai
faktor terpenting dalam manajeman pada setiap organisasi atau lembaga
(pemerintah, swasta atau LSM) melainkan dan terutama dilihat pada
penegasan kualifikasi daya (energi) yang melekat pada manusia tersebut
yang memiliki kemampuan (competency) untuk membangun ke arah kemajuan
yang positif (maju-positif).
A. Deskripsi Singkat MSDM
Pengertian
Sumber Daya Manusia (SDM) menekankan pada kata kuncinya. Daya (energi)
yaitu kekuatan yang melekat pada manusia yang mempunyai kemampuan
(competency) untuk membangun, dalam arti untuk maju ke arah yang
positif.
Setiap
orang dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kedudukannya sebagai
anggota masyarakat, serta dalam peranannya di dalam status kedinasannya
baik instansi pemerintah maupun swasta, perlu memiliki daya atau
kemampuan tersebut.
Lebih-lebih
sebagai pemimpin (manager) ia harus memiliki kemampuan tersebut
sehingga betul-betul menunjukkan jati dirinya sebagai pemimpin (leader
yang berkualitas, yang bijak / wise) yang senantiasa memotivasi
bawahannya untuk juga mampu maju positif.
Manusia
yang memiliki daya seperti itu akan mampu mendapatkan pendidikan dan
pelatihan yang baik dan sebagai manfaatnya ia dapat merebut peluang
kerja yang tersedia di masyarakat, atau justru dia dapat menciptakan
lapangan kerja sendiri. Itu semuanya berdampak sangat positif bagi
anggota-anggota masyarakat lainnya yang memerlukan lapangan kerja.
Dengan
demikian nampak bahwa SDM berkedudukan tidak saja sebagai objek
melainkan juga sekaligus sebagai subyek. Untuk itu perlu dimantapkan
perpaduan semua pihak terkait (baik pemerintah swasta maupun anggota
masyarakat sendiri).
Untuk
keberhasilan itu semua perlu diterapkan suatu konsep dari sistem
manajemen yang tepat yang dikenal sebagai Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM).
Dengan
pemikiran seperti tersebut di atas, maka untuk substansi pembelajaran
Manajemen SDM dapat diberikan diskripsi secara singkat sebagai berikut :
1. Bahwa
arti pentingnya SDM pada instansi apapun (pemerintah maupun swasta),
bahkan juga di masyarakat ialah pada kata kunci. Daya (energi) yakni
kekuatan yang melekat pada diri manusia yang memiliki kemampuan
(competency) untuk membangun dalam arti maju ke arah yang positif.
2. Bahwa
untuk keberhasilan terwujudnya manusia yang memiliki daya seperti itu
perlu diterapkan secara terpadu pembinaan dan peningkatan daya guna
(efficiency) manusia sehingga memberikan manfaat positif bagi manusia
itu sendiri dan bagi organisasi/ institusi dimana manusia tersebut
berkarya, bahkan juga bagi masyarakat dimana manusia tersebut berada.
Manfaat
positif harus dicapai secara seimbang bagi semua pihak (bagi manusianya
sendiri, bagi organisasi/ institusinya, dan bagi masyarakat). Manajemen
yang tepat dengan arahan manfaat seperti itu dikenal sebagai Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM).
3. Konsekuensi
logis dari dua hal tersebut di atas adalah bahwa setiap pimpinan harus
merasa terpanggil (bahkan komited) untuk secara bijak (wise) senantiasa
berupaya meningkatkan motivasi terhadap faktor SDMnya untuk semakin maju
positif, semakin meningkat kualitasnya. Dari pihak SDMnya sendiri
senantiasa termotivasi untuk maju positif sehingga kualitasnya semakin
meningkat dan dapat merebut peluang (opportunity) kerja, bahkan juga
peluang berusaha (business opportunity) yang berarti menciptakan
lapangan kerja bagi anggota masyarakat dimana ia berada. Itulah makna
SDM sebagai objek dan sekaligus sebagai subyek dalam kegiatan-kegiatan
untuk maju ke arah yang positif
B. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
MSDM
adalah manajemen yang diharapkan secara terpadu terhadap pembinaan dan
pengembangan kekuatan atau daya guna manusia, sehingga memberikan
manfaat positif bagi manusia yang bersangkutan, organisasi dan
masyarakat.
Sedangkan pengertian MSDM menurut GR. Terry
adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara
manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi
maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi/ lembaga/ badan usaha.
Pengertian MSDM menurut GR. Terry di atas, dilihat segi SDM sebagai :
1. Manusia yang bekerja di lingkungan organisasi
2. SDM adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan keberadaannya
3. SDM
adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai model di
dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensinya secara
fisik dan non fisik dalam mewujudkan keberadaan organisasi
MSDM dapat juga diartikan sebagai berikut :
Ilmu
yang mempelajari pengelolaan tenaga kerja agar bekerja secara efisien
dan efektif dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen.
C. Beberapa Pendekatan Terhadap Masalah Personal
1. Pendekatan Mekanis
Perkembangan
industri, dengan penerapan mesin-mesin dan alat-alat elektronika pada
bidang industri telah membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efisiensi
kerja selama lebih dari seabad. Para manager telah menerapkan berbagai
prinsip seperti : pemindahan pekerjaan dari manusia kepada mesin,
prinsip dapat saling dipertukarkan antara komponen yang satu dengan
komponen yang lain, spesialisasi pada mesin-mesin, peralatan, tata letak
dan pabrik pada umumnya. Berbagai prinsip ini telah menunjukkan
keberhasilannya dengan semakin meningkat output produksi. Karena itu
tidaklah mengherankan apabila kemudian dicoba melakukan pendekatan yang
sama, yakni pendekatan mekanis terhadap tenaga kerja. Apabila
mesin-mesin dapat dibuat lebih produktif dengan melakukan spesialisasi
yang ekstrim, maka hendaknya hal yang sama yang berlaku bagi manusia.
Pendekatan
mekanis sering disebut juga sebagai pendekatan commodity atau konsep
faktor produksi. Hal ini menunjukkan suatu sikap bahwa tenaga kerja
haruslah dikelompokkan seperti modal dan tanah sebagai suatu faktor
produksi, dan haruslah diperoleh dengan semurah mungkin dan dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Pertimbangan tenga kerja sebagai manusia hampir
sama sekali diabaikan, penarikan dan pemecatan karyawan hanya
semata-mata didasarkan atas kebutuhan perusahaan. Pendekatan mekanis
biasanya menimbulkan berbagai masalah manajemen, yaitu masalah
personalia, antara lain :
1. Pengangguran teknologi
Tenaga
kerja digantikan oleh mesin-mesin atau oleh inovasi manajemen yang
menghasilkan jumlah tenaga kerja yang makin sedikit untuk menghasilkan
out put yang sama.
2. Keamanan
Berkurangnya
keamanan ekonomis dalam artian seseorang kehilangan sumber
penghasilannya, merupakan akibat lanjutan dari penggunaan teknologi.
3. Organisasi buruh
Karena
sikap manajemen dalam menghadapi persoalan-persoalan, mengakibatkan
timbulnya dorongan yang kuat untuk membentuk suatu organisasi yang
melindungi karyawan dari sikap sewenang-wenang pihak manajemen.
4. Berkurangnya kebanggaan dalam bekerja
Struktur
organisasi yang dirancang sangat ketat dan perencanaan kerja yang
sangat akurat telah membawa akibat berkurangnya kebebasan bagi
individu-individu yang ada dalam suatu organisasi.
2. Pendekatan Paternalisme
Paternalisme
adalah suatu konsep yang menganggap bahwa manajemen adalah sebagai
“ayah” dan bersikap melindungi terhadap para karyawan. Pendekatan ini menekankan pada sikap yang “personal” bahkan kadang-kadang “super personal” terhadap para karyawan.
Ada dua sifat yang menunjukkan paternalis tidaknya suatu pendekatan :
a. Diselenggarakannya suatu program personalia tidak didasarkan atas pertimbangan manfaat dari program tersebut.
b. Keputusan tentang apa dan bagaimana melaksanakan program tersebut adalah tergantung pihak manajemen.
Jadi
kalau suatu program dilaksanakan karena perusahaan akan memperoleh
manfaat dari program tersebut atau karena karyawan (serikat buruh)
meminta diadakannya program tersebut maka pendekatan ini tidak bisa
dikatakan sebagai paternalis.
3. Pendekatan Sistem Sosial
Keberhasilan perusahaan/ organisasi merupakan keberhasilan sub sistem yang ada.
Kebaikan dan keburukan pendekatan sistem sosial
Kebaikan ð antara sub-sub sistem akan selalu senantiasa bertalian/ berhubungan.
Keburukan ð apabila antara sub-sub sistem ada masalah akibatnya fatal
D. Perbedaan Manajemen Personalia dengan Manajemen SDM
v Manajemen personalia : tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi
Manajemen SDM : sebagai asset yang harus dipelihara keberadannya
v Manajemen personalia : konsep paternalis
Manajemen SDM : konsep
partnership (kerjasama) dimana majikan bersama dengan karyawan untuk
bekerja sehingga diperoleh hasil yang tinggi guna kepentingan kedua
belah pihak seperti hubungan industrial pancasila.
BAB II
ANALISIS JABATAN (JOB ANALYSIS)
A. Analisis Jabatan Pekerjaan (Job Analysis)
Analisis
pekerjaan adalah menganalisis dan mendesain pekerjaan-pekerjaan apa
saja yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, mengapa pekerjaan
itu harus dikerjakan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Analisis pekerjaan adalah prosedur penelahaan suatu pekerjaan. Manfaat analisis pekerjaan.
a. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab yang tercakup di dalamnya
b. Keterkaitannya dengan pekerjaan lain
c. Kemampuan pribadi petugas yang akan menangani
d. Lingkungan atau kondisi yang disyaratkan agar pekerjaan dapat dilaksanakan.
B. Uraian Pekerjaan (Job Description)
Uraian
pekerjaan adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung
jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan dan aspek-aspek pekerjaan
pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi.
Uraian
pekerjaan adalah segala sesuatu mengenai pekerjaan yang dimaksud.
Uraian pekerjaan harus jelas dan persepsinya mudah dipahami, serta
menguraikan hal-hal sebagai berikut :
a. Apa tugas atau penugasannya
b. Apa tanggung jawabnya
c. Apa
yang menjadi syarat-syarat pekerjaannya (mengarah pada alat-alat,
mesin-mesin, bahan baku yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan
tersebut !
Contoh : deskripsi pekerjaan (job description)
1. Nama jabatan : Kepala seksi keuangan
2. Tugas pokok dan tanggung jawab :
Membantu Kepala Biro Keuangan dalam hal merencanakan, mengatur dan melaksanakan serta mengawasi dalam mencari mengelola keuangan.
3. Tugas rutin :
a. Menyiapkan data keuangan
b. Melaksanakan
pengumpulan dana perusahaan yang dipertanggung jawabkan secara
finansial, ekonomis dan mengatur penggunaan dan pengendaliannya
c. Mengatur penyimpanan uang dengan sebaik-baiknya
d. Mengatur likuiditas dan solvabilitas keuangan
e. Menyusun cash flow bulanan triwulan, tahunan dan forecal beberapa tahun dengan asumsi-asumsi yang ditentukan
f. Melaksanakan
verifikasi tingkat kedua terhadap bukti penerimaan dan pengeluaran dan
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan sesuai prosedur.
g. Mengatur dan melaksanakan pembayaran pajak yang menjadi beban perusahaan
h. Menyusun laporan periodik seksinya
i. Bertanggung jawab atas keberhasilan tugas
4. Tugas kadang kala
a. Menyusun RAPB perusahaan
b. Mengawasi pemakaian barang, perabot seksinya
5. Wewenang
a. Berwenang memberikan tugas kepada bawahan
b. Berwenang memberi peringatan/ teguran kepada bawahan
c. Menilai bawahannya
6. Hubungan kerja
Bertanggung jawab kepada kepala biro keuangan
C. Job Specification (Spesifikasi Pekerjaan)
Spesifikasi
pekerjaan adalah uraian persyaratan kualitas minimum orang yang bisa
diterima agar dapat menjalankan satu jabatan dengan baik dan kompeten.
atau
menyangkut
kualifikasi petugas yang paling sesuai dengan pekerjaan yang dimaksud.
Kualifikasi yang diperlukan itu dinyatakan dalam persyaratan pendidikan,
keterampilan, pengalaman dan persyaratan lainnya. Spesifikasi pekerjaan
memberikan uraian informasi mengenai :
1. Tingkat pendidikan pekerja
2. Jenis kelamin pekerja
3. Keadaan fisik pekerja
4. Pengetahuan dan kecakapan pekerja
5. Nikah atau belum
6. Minat bekerja
7. Emosi dan temperamen pekerja
8. Pengalaman pekerja
Contoh : spesifikasi jabatan
1. Identifikasi jabatan : Kepala seksi keuangan
- Nama :
- Kode :
- Bagian :
2. Persyaratan jabatan
a. Pendidikan : Sarjana Ekonomi
b. Pengalaman :
(1) sekurang-kurangnya 3 tahun bagi sarjana/ staf direksi
(2) seorang
supervisor senior bidang administrasi keuangan, dapat dipromosikan
sebagai kepala seksi keuangan setelah melalui ujian dinas
c. Kemampuan
(1) menguasai seluk beluk bidang keuangan
(2) menguasai sistem dan prosedur keuangan, pembelian dan lainnya dengan baik
(3) mampu menyusun cash flow
(4) menguasai tentang undang-undang perpajakan
(5) memahami pelaksanaan RAPB
(6) menguasai dan mengaktualisasi cash flow cabang-cabang/ unit
d. Keterampilan
(1) memiliki keterampilan
1.1 mengelola cash manajemen
1.2 disiplin fed sistem dan prosedur perusahaan
(2) penyusunan laporan
(3) penyusunan RABD seksinya
BAB III
PENGADAAN KARYAWAN
A. Pentingnya Pengadaan Karyawan
Pengadaan (procurement)
adalah fungsi operasional pertama MSDM. Pengadaan karyawan ini
merupakan masalah penting, sulit dan kompleks. Sedangkan pengertian
pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan
induksi untuk mendapatkan karyawan yang efektif dan efisien membantu
tercapainya tujuan perusahaan.
Pengadaan harus mendapat perhatian yang serius serta berdasarkan pada analisis pekerjaan (job analysis), uraian pekerjaan (job description), spesifikasi pekerjaan (job specification), evaluasi pekerjaan (job evaluation), dan bahkan perlu mempertimbangkan pemerkayaan pekerjaan (job enrichment) persyaratan pekerjaan (job requirement).
Analisis pekerjaan (job analysis) selain menghasilkan job description, job specification, job evaluation juga berguna bagi :
1. Perekrutan dan seleksi
2. Kompensasi
3. Evaluasi jabatan
4. Prestasi kerja
5. Latihan
6. Promosi dan pemindahan
7. Organisasi
8. Pemerkayaan pekerjaan
9. Penyederhanaan pekerjaan
10. Penempatan
11. Peramalan dan perekrutan
12. Orientasi dan induksi
B. Evaluasi Pekerjaan
Evaluasi
pekerjaan adalah menilai berat atau ringan, mudah atau sukar, besar
atau kecil resiko pekerjaan dan memberikan nama, rangking (peringkat)
serta harga atau gaji suatu jabatan.
C. Penyederhanaan Pekerjaan
Penyederhanaan
pekerjaan adalah penggunaan logika untuk mencari penggunaan yang paling
ekonomis dari usaha manusia, materi, mesin-mesin, waktu dan ruangan
dengan cara-cara yang paling baik serta paling mudah dalam mengerjakan
pekerjaan.
Penyederhanaan pekerjaan mengakibatkan :
1. Struktur organisasi perusahaan semakin melebar
2. Pekerjaan-pekerjaan
bisa menjadi terlalu terspesialisasi, sehingga menimbulkan kebosanan
yang pada gilirannya menyebabkan kesalahan-kesalahan atau permintaan
keluar
3. Pekerja semakin produktif sehingga keuntungan ekonomis dari spesialisasi akan diperoleh
D. Pemerkaya Pekerjaan
Pemerkaya
pekerjaan adalah perluasan pekerjaan dan bertanggung jawab secara
vertikal yang akan dikerjakan seseorang pejabat dalam jabatannya.
Perluasan
secara vertikal diterapkan untuk dapat memberikan kepuasan karyawan
lebih besar dan kesempatan bagi pengembangan pribadinya.
E. Persyaratan Pekerjaan
Persyaratan
pekerjaan adalah persyaratan-persyaratan jabatan tentang ketrampilan
yang dikehendaki. Proses atau langkah-langkah pengadaan perekrutan
karyawan adalah:
1. Peramalan kebutuhan tenaga kerja
2. Penarikan
3. Seleksi
4. Penempatan, orientasi dan induksi karyawan
Keterangan :
1. Peramalan kebutuhan tenaga kerja
Peramalan
kebutuhan tenaga kerja dimaksudkan agar jumlah kebutuhan tenga kerja
masa kini dan masa depan sesuai dengan beban pekerjaan,
kekosongan-kekosongan dapat dihindarkan dan semua pekerjaan dapat
dikerjakan. Peramalan kebutuhan tenaga kerja ini harus didasarkan kepada
informasi faktor internal dan eksternal perusahaan.
Faktor internal dan eksternal perusahaan adalah :
a. Jumlah produksi
b. Ramalan-ramalan usaha
c. Perluasan perusahaan
d. Perkembangan teknologi
e. Tingkat permintaan dan penawaran tenaga kerja
f. Perencanaan karier pegawai
2. Penarikan tenaga kerja
Penarikan
tenaga kerja adalah usaha mencari dan mempengaruhi tenaga kerja, agar
mau melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam suatu perusahaan.
Sedangkan proses penarikan karyawan yang baik adalah :
a. Penentuan dasar penarikan
Dasar
penarikan calon karyawan harus terlebih dahulu ditetapkan supaya para
pelamar yang memasukkan lamarannya sesuai dengan pekerjaan atau jabatan
yang akan dijabatnya. Dasar penarikan harus berpedoman pada spesifikasi
pekerjaan yang telah ditentukan untuk menjabat jabatan tersebut.
b. Penentuan sumber-sumber penarikan
1) Sumber internal
Yaitu
karyawan yang akan mengisi lowongan kerja tersebut diambil dari dalam
perusahaan, yaitu dengan cara memutasikan atau pemindahan karyawan yang
memenuhi spesifikasi pekerjaan jabatan itu.
2) Sumber eksternal
Yaitu
karyawan yang akan mengisi jabatan dilakukan dengan melakukan penarikan
dari sumber-sumber tenaga kerja di luar perusahaan.
c. Metode-metode penarikan
1) Metode tertutup, yaitu dimana penarikan itu hanya diinformasikan kepada para karyawan atau orang-orang tertentu saja.
2) Metode
terbuka, yaitu penarikan diinformasikan secara luas dengan memasang
iklan pada media massa cetak maupun elektronik agar tersebar luas ke
masyarakat.
d. Kendala-kendala penarikan
1) Kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi
~ Kebijaksanaan kompensasi dan kesejahteraan
~ Kebijaksanaan promosi
~ Kebijaksanaan status karyawan
~ Kebijaksanaan sumber tenaga kerja
2) Persyaratan-persyaratan jabatan
3) Kondisi pasar tenaga kerja
4) Solidaritas perusahaan
5) Kondisi-kondisi lingkungan eksternal
3. Seleksi Penerimaan Karyawan
Seleksi
adalah usaha pertama yang harus dilakukan perusahaan untuk memperoleh
karyawan yang qualified dan kompeten yang akan menjabat serta
mengerjakan semua pekerjaan pada perusahaan tersebut.
Dasar-dasar seleksi penerimaan karyawan baru adalah :
a. Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah
b. Job specification dari perusahaan/ jabatan itu.
c. Ekonomis rasional
d. Etika sosial
Tujuan seleksi penerimaan karyawan adalah untuk mendapatkan karyawan yang mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Karyawan yang qualified dan potensial
b. Karyawan yang jujur dan berdisiplin
c. Karyawan yang cakap dengan penempatannya yang tepat
d. Karyawan yang terampil dan bergairah bekerja
e. Karyawan yang memenuhi persyaratan UU Perburuhan
f. Karyawan yang dapat bekerjasama baik secara vetikal maupun horizontal
g. Karyawan yang dinamis dan kreatif
h. Karyawan yang inovatif dan bertanggung jawab sepenuhnya
i. Karyawan yang loyal dan berdedikasi tinggi
j. Mengurangi tingkat absensi dan turn over karyawan
k. Karyawan yang mudah dikembangkan pada masa depan
l. Karyawan yang dapat bekerja secara mandiri
m. Karyawan mempunyai perilaku dan budaya malu
v Cara Seleksi
Terdapat dua cara, yaitu :
a. Non ilmiah atau tradisional
Yaitu
seleksi yang dilaksanakan tidak didasarkan kepada kriteria atau standar
atau spesifikasi kebutuhan nyata pekerjaan/ jabatan, tetapi hanya
didasarkan kepada perkiraan dan pengalaman kerja. Unsur-unsur yang
diseleksi yaitu :
1) Surat lamaran bermaterai
2) Ijasah sekolah dan daftar nilainya
3) Surat keterangan pekerjaan dan pengalaman
4) Referensi atau rekomendasi dari pihak yang dapat dipercaya
5) Wawancara langsung dengan pelamar bersangkutan
6) Penampilan dan keadaan fisik pelamar
7) Keturunan dari pelamar bersangkutan
8) Tulisan pelamar
b. Metode Imilah
Yaitu seleksi yang didasarkan kepada job specification
(ilmu pengetahuan) dan kebutuhan nyata jabatan yang akan diisi, serta
berpedoman kepada kriteria dan standar-standar tertentu. Seleksi ilmiah
hendaknya dilaksanakan dengan cara :
1) Metode kerja yang jelas dan sistematis
2) Berorientasi kepada prestasi kerja
3) Berorientasi kepada kebutuhan riil karyawan
4) Berdasarkan kepada job analysis, dan ilmu sosial lainnya
5) Berpedoman kepada UU Perburuhan
v Kualifikasi-kualifikasi seleksi
a. Umur
b. Keahlian
c. Kesehatan fisik
d. Pendidikan
e. Jenis kelamin
f. Tampang
g. Bakat
h. Temperamen
i. Karakter
j. Pengalaman kerja
k. Kerjasama
l. Kejujuran
m. Kedisiplinan
n. Inisiatif dan kreatif
v Sistem dan Prosedur Seleksi
Sistem seleksi yaitu :
a. Succesive-Hurdles
adalah sistem seleksi yang dilaksanakan berdasarkan urutan testing,
yakni jika pelamar tidak lulus pada suatu testing maka ia tidak boleh
mengikuti testing berikutnya dan pelamar tersebut dinyatakan gugur.
b. Conpensatory-Appmach
adalah sistem seleksi yang dilakukan dimana pelamar mengikuti seluruh
testing kemudian dihitung nilai rata-rata tes apakah mencapai standar
atau tidak. Pelamar yang mencapai nilai standar dinyatakan lulus, sedang
pelamar yang tidak mencapai standar dinyatakan gugur atau tidak
diterima.
Prosedur seleksi atau langkah-langkah pelaksanaan seleksi yaitu :
a. Seleksi surat-surat lamaran
b. Pengisian blangko lamaran
c. Pemeriksaan referensi
d. Wawancara pendahuluan
e. Tes-tes penerimaan
f. Tes psikologi
g. Tes kesehatan
h. Wawancara akhir atasan langsung
i. Memutuskan diterima atau ditolak
v Tingkat-tingkat Seleksi
a. Seleksi tingkat pertama
Meliputi
semua prosedur seleksi sejak dari surat lamaran sampai dengan pelamar
dinyatakan diterima menjadi calon karyawan dengan status masa percobaan.
b. Seleksi tingkat kedua
Dilakukan
atas calon karyawan yang berstatus masa percobaan, dengan cara
mengamati dan menilai mental, perilaku dan kemampuan nyata si calon
dalam menyelesaikan pekerjaan serta disiplinnya.
c. Seleksi tingkat ketiga
Dilakukan
dengan mengikuti pra jabatan atau latihan yang diakhiri dengan
ujian-ujian. Jika tahap ini lulus maka mereka akan diangkat/
dipromosikan menjadi karyawan tetap serta haknya akan diterima
sepenuhnya.
v Kendala-kendala Seleksi
1. Tolok ukur
2. Penyeleksi
3. Pelamar
4. Penempatan, Orientasi dan Induksi Karyawan
l Penempatan Karyawan
Yaitu
tindak lanjut dari seleksi yaitu penempatan calon karyawan yang
diterima (lulus seleksi) pada jabatan/ pekerjaan yang membutuhkannya dan
sekaligus mendelegasikan authority
kepada orang tersebut. Dengan demikian calon karyawan itu akan dapat
mengerjakan tugas-tugasnya di jabatan bersangkutan. Dengan penempatan
yang tepat ini maka gairah kerja, mental kerja dan prestasi kerja akan
mencapai hasil yang optimal bahkan kreativitas serta prakarsa karyawan
dapat berkembang.
l Orientasi Karyawan
Orientasi
atau perkenalan bagi setiap karyawan baru harus dilaksanakan untuk
menyatakan bahwa mereka betul-betul diterima dengan tangan terbuka
menjadi karyawan yang akan bekerja sama dengan karyawan lainnya pada
perusahaan itu. Dengan orientasi ini dapat diatasi keragu-raguan,
kecanggungan dan menimbulkan rasa percaya diri karyawan baru dalam
melakukan pekerjaannya.
l Induksi Karyawan
Induksi
karyawan adalah kegiatan untuk mengubah perilaku karyawan baru supaya
menyesuaikan diri dengan tata tertib perusahaan. Induksi ini pada
dasarnya adalah tugas dari atasan langsung karyawan bersangkutan
sehingga karyawan baru menyadari bahwa dia harus mentaati
peraturan-peraturan perusahaan dan mengerjakan tugas-tugasnya dengan
baik.
F. Saluran-Saluran Penarikan
Metode-metode penarikan sering disebut sebagai saluran-saluran (channels).
Ada perusahaan menunggu secara pasif para pelamar lowongan pekerjaan
yang datang kepadanya. Di lain pihak, banyak perusahaan lainnya
menggunakan pendekatan lebih agresif dalam perarikan karyawan potensial.
Perusahaan dan pelamar biasanya memanfaatkan sejumlah saluran yang
tersedia. Berbagai saluran atau sumber yang dapat digunakan untuk
penarikan karyawan adalah :
1. Walk-Interview
Pelamar
atau pencari pekerjaan datang sendiri ke perusahaan dan kemudian
mengisi blangko lamaran yang telah tersedia. Lamaran-lamaran ini
disimpan dalam suatu file sampai ada lowongan pekerjaan atau sampai
lamaran dinyatakan tidak valid lagi.
2. Rekomendasi dari karyawan (Employee Referrals)
Para
karyawan perusahaan sekarang bisa merekomendasikan pencari pekerjaan
kepada departemen personalia. Metode ini mempunyai beberapa kebaikan :
a. Karyawan yang memberikan rekomendasi berarti telah melakukan penyaringan terlebih dahulu.
b. Perusahaan memperoleh informasi lengkap data pemberi rekomendasi tentang pelamar
c. Karyawan akan cenderung merekomendasikan teman-temannya yang mempunyai kebiasaan dan sikap yang hampir sama.
d. Pelamar telah mengetahui karakteristik organisasi dari karyawan pemberi rekomendasi.
Meskipun
teknik ini legal dan baik, perusahaan harus berhati-hati dalam
penggunaannya. Masalah utamanya adalah kecenderungan deskriminasi.
Ex :
Karyawan lebih cenderung untuk merekomendasikan teman-temannya yang mempunyai agama, berasal dari daerah atau suku yang sama.
3. Pengiklanan (advertising)
Adalah suatu metode efektif lainnya untuk penarikan. Ada 2 jenis iklan penarikan yaitu wants ads dan blind ads
a. Wants ads
Wants
ads menguraikan pekerjaan dan benefits, mengidentifikasikan perusahaan
dan memberitahukan bagaimana cara untuk melamar. Jenis ini adalah bentuk
iklan penarikan yang paling umum, baik dipasang pada majalah-majalah
profesional ataupun koran-koran lokal dan nasional.
b. Blind ads
suatu
blind ads adalah wants ads yang tidak menyebutkan perusahaan. Para
pelamar yang berminat diminta untuk mengirimkan lamaran mereka ke Po Box
dengan nomor tertentu pada kantor pos atau pada perusahan surat kabar.
4. Agen-agen penempatan tenaga kerja
Penarikan tenaga kerja juga dapat dilakukan melalui agen-agen penempatan tenaga kerja (employment agencies) baik pemerintah maupun swasta.
5. Lembaga-lembaga pendidikan
Pekerjaan-pekerjaan
dalam perusahaan menjadi semakin teknis dan kompleks, sehingga
perusahaan makin memerlukan para sarjana lulusan pendidikan tinggi.
Sebagai
konsekuensinya, banyak perusahaan melakukan usaha-usaha kursus untuk
membina dan memelihara hubungan konstruktif dengan lembaga-lembaga
pendidikan.
6. Nepotisme
Penarikan
anggota keluarga merupakan komponen program-program penarikan yang tak
dapat dielakkan dalam perusahaan-perusahaan perseorangan atau keluarga.
Kebijaksanaan seperti ini tidak berkaitan dengan penarikan atas dasar
kecakapan tetapi berdasarkan kepentingan dan kesetiaan kepada
perusahaan.
BAB IV
PENGEMBANGAN KARYAWAN OPERASIONAL
DAN MANAJERIAL
A. Arti Pentingnya Pengembangan Karyawan
Efisiensi
suatu organisasi sangat tergantung pada baik buruknya pengembangan
anggota organisasi itu sendiri. Di dalam perusahaan yang berorientasi
profit, tujuan ini dapat dicapai dengan baik kalau karyawan-karyawannya
dilatih secara sempurna. Latihan-latihan yang baik diperlukan setiap
saat baik karyawan baru maupun karyawan lama. Karyawan baru yang setiap
kali ditarik oleh perusahaan, membutuhkan latihan-latihan sebelum mereka
dapat menjalankan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya. Sedangkan bagi
karyawan lama, mereka membutuhkan latihan-latihan karena adanya
tuntutan dari tugas-tugas yang sekarang, ataupun mempersiapkan dirinya
berhubung akan ditransfer atau akan dipromosikan pada jabatan yang lain.
B. Tujuan Pengembangan Karyawan
Tujuan
pengembangan karyawan adalah untuk memperbaiki efektifitas tugas
karyawan dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan.
Perbaikan efektifitas kerja dapat dilakukan dengan cara memperbaiki
pengetahuan karyawan, keterampilan karyawan maupun sikap karyawan itu
sendiri terhadap tugas-tugasnya.
C. Beberapa Istilah Tentang Pengembangan Karyawan
Istilah
pengembangan diartikan sebagai sinonim dari istilah pendidikan untuk
kalangan industri. Istilah-istilah yang dipakai dalam buku maupun
praktek ada tiga macam yaitu : “Pengembangan, Latihan dan Pendidikan”.
Arti
dari pengembangan sering diartikan dengan usaha-usaha untuk
meningkatkan keterampilan maupun pengetahuan umum bagi karyawan agar
pelaksanaan pencapaian tujuan lebih efisien. Dalam pengertian ini maka
istilah pengembangan akan mencakup pengertian latihan dan pendidikan
yaitu sebagai sarana peningkatan keterampilan dan pengetahuan umum bagi
karyawan.
Arti
latihan ialah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan kerja
seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Latihan membantu
karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya,
guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh
organisasi dalam usaha mencapai tujuannya.
Arti
pendidikan ialah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum
seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan
keterampilan, memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut
kegiatan mencapai tujuan.
Dalam prakteknya organisasi-organisasi khususnya di kalangan industri banyak dipergunakan istilah “training”. Hal ini dapat dilihat dalam bagian-bagian atau nama departemen-departemen yang ada dalam struktur organisasi.
D. Latihan Untuk Karyawan Operasional
Pada umumnya latihan untuk karyawan operasional bertujuan agar :
1. Meningkatkan produktivitas
2. Memperbaiki moral
3. Mengurangi pengawasan
4. Mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan
5. Meningkatkan kestabilan dan keluwesan organisasi
Kestabilan
organisasi menunjukkan kemampuan organisasi untuk mempertahankan
efektifitasnya meskipun kehilangan karyawan-karyawan kunci. Keluwesan
organisasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri
dengan variasi jangka pendek akan volume pekerjaan, dimana karyawan
dimungkinkan ditransfer dari satu bagian ke bagian yang lain.
E. Prinsip-prinsip Latihan
1. Motivasi
Semakin tinggi motivasi seorang karyawan, semakin cepat ia akan mempelajari keterampilan atau pengetahuan baru tersebut.
Latihan
sebagai alat haruslah dihubungkan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
para karyawan (seperti upah yang lebih baik, kedudukan yang lebih baik
dan lain sebagainya).
2. Laporan kemajuan
Laporan kemajuan diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh seorang karyawan lebih memahami pengetahuan yang baru.
3. Reinforcement
Apabila
suatu keterampilan sedang di pelajari, perlulah proses belajar ini
diperkuat dengan hadiah ataupun hukuman. Manajemen haruslah bisa
menentukan agar setiap hadiah dikaitkan dengan keinginan para karyawan.
4. Praktek
Mempraktekkan
apa yang dipelajari, jelas merupakan hal yang sangat penting, sedapat
mungkin para karyawan yang dilatih bisa mempraktekkan keterampilan
tersebut pada suasana pekerjaan yang sebenarnya.
5. Perbedaan individual
Meskipun
latihan kelompok sering mempunyai kelebihan ekonomi, perlulah disadari
bahwa pada hakekatnya karyawan itu berbeda antara satu dengan yang
lainnya, karenanya latihan yang efektif hendaknya menyesuaikan kecepatan
dan kerumitan dengan kemampuan masing-masing individu.
F. Berbagai Sistem/ Metode Latihan Operasional
Secara umum bentuk/ metode latihan untuk karyawan-karyawan operasional bisa dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam yaitu :
1. On The Job Training
Merupakan
metode latihan yang paling banyak digunakan. Sistem ini terutama
memberikan tugas kepada atasan langsung dari karyawan yang baru dilatih,
untuk melatih mereka. Karena itu para manajemen sering beranggapan
bahwa sistem ini merupakan sistem yang ekonomis (hemat) karena tidak
perlu menyediakan fasilitas khusus untuk latihan. Tetapi hendaknya kita
perlu menyadari bahwa meskipun sistem ini mungkin merupakan sistem yang
hemat, keberhasilan sistem ini perlu juga dipertimbangkan.
2. Vestibule School
Merupakan bentuk latihan dimana pelatihnya bukanlah para atasan langsung, tetapi pelatih-pelatih khusus (staff specialist).
Alasannya terutama adalah untuk menghindari para atasan langsung
tersebut dengan tambahan kewajiban dan memusatkan latihan hanya kepada
para ahli dalam bidang latihan.
3. Apprenticeship (magang)
Biasa
dipergunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan (skill) yang
relatif lebih tinggi. Program “apprenticeship”biasa mengkombinasikan on
the job training dan pengalaman dengan petunjuk-petunjuk di kelas dalam
pengetahuan-pengetahuan tertentu
4. Kursus-kursus Khusus
Merupakan
bentuk pengembangan karyawan yang lebih mirip pendidikan daripada
latihan. Kursus-kursus ini biasanya diadakan untuk memenuhi minat dari
para karyawan dalam bidang-bidang pengetahuan tertentu .
G. Metode-Metode Pengembangan Karyawan Manajerial
Untuk
tenaga manajerial, yaitu mereka yang mempunyai wewenang terhadap orang
lain. Metode-metode yang digunakan berbeda dengan metode untuk karyawan
operasional. Hal ini disebabkan karena karakteristik kepribadian untuk
para manajer berbeda dengan untuk karyawan operasional. Diantara
karakteristik kepribadian yang dianggap penting diantaranya adalah
pengetahuan yang luas, kemampuan untuk mengambil keputusan, kepercayaan
terhadap diri sendiri, kepekaan sosial dan stabilitas emosi.
Karakteristik
tentang unsur kemampuan pengambilan keputusan terdiri dari berbagai
faktor kepribadian seperti kemampuan analisis, kemampuan konsepsional
logis, kreativitas, judgment intutive, keberanian mengambil judgment,
dan keterbukaan.
Metode-metode pengembangan tenaga manajerial tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
- Metode sekolah, kuliah, ceramah yang sejenis
- Metode diskusi
- Metode kasus
H. Penilaian Program-program Pengembangan Karyawan
Sebagaimana
program-program yang lain, program pengembangan karyawanpun, baik yang
operasional maupun manajerial perlu dinilai keberhasilannya. Untuk
latihan operasional perlulah diperoleh gambaran produktifitas sebelum
dan sesudah latihan, kemudian
bisalah dilakukan penilaian apakah memang benar terjadi peningkatan
produktifitas. Misalnya : diukur dari tingkat produksinya, baik
kuantitas maupun kualitas. Faktor lain yang bisa diukur adalah penurunan
tingkat kecelakaan. Cukup berhasilkah program latihan tersebut
mengurangi tingkat kecelakaan ? seberapa banyak biaya yang bisa dihemat
karena menurunnya angka kecelakaan tersebut.
Latihan
bagi tenaga manajerial lebih sukar diukur keberhasilannya karena
menyangkut fakor-faktor yang lebih “abstrak”. Suatu cara untuk
menentukan keberhasilan latihan adalah dengan mengukur suatu kelompok
sebelum dan sesudah latihan. Perbandingan kemudian bisa dilakukan untuk
menentukan apakah tingkah laku organisasi (organitational behavior)
seperti sikap kerjasama, kemampuan, berkomunikasi, meningkat ataukah
tidak dalam kelompok tersebut. Cara lain adalah melakukan penilaian
keberhasilan suatu program latihan lama setelah program tersebut selesai
(sekitar 6 bulan atau 1 tahun)
BAB V
PERENCANAAN KARIR
Karir adalah semua pekerjaan (atau jabatan) yang dipunyai (dipegang selama kehidupan kerja seseorang.
Perencanaan
karir diperlukan bagi para karyawan untuk selalu siap menggunakan
kesempatan karir yang ada meskipun perencanaan karir kadang-kadang tidak
menjamin keberhasilan karir. Sikap atasan, pengalaman pendidikan, juga nasib memainkan peranan penting dalam perencanaan karir.
Istilah – istilah perencanaan karir
· Karir
Suatu karir adalah seluruh pekerjaan (jabatan) yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang.
· Jalur Karir (Carrer Path)
Suatu jalur karir adalah pola pekerjaan-pekerjaan berurutan yang membentuk karir seseorang.
· Sasaran-sasaran karir (Carrer Guals)
Sasaran karir adalah posisi di waktu yang akan datang dimana seseorang berjuang untuk mencapainya sebagai bagian dari karir.
· Perencanaan karir (Carrer Planning)
Perencanaan karir adalah proses melalui mana seseorang memilih sasaran karir dan jalur ke sasaran tersebut.
· Pengembangan karir (Carrer Development)
Pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir.
A. Konsep Karir
Istilah karir telah digunakan untuk menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status mereka.
1. Karir
sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke
jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi
yang lebih baik dalam hirarki hubungan kerja selama kehidupan kerja
seseorang.
2. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematika dan jelas jalur karir.
Ex
: profesi pemrosesan data, jalur karir umumnya dimulai dengan operator
komputer dan kemudian meningkat menjadi pemrogram junior,
pemrogram-pemrogram senior, analisis dan pemrogram junior, analisis dan
pemrogram, analisis sistem, analisis senior, pemimpin proyek, manajer
departemen sistem, dan wakil direktur bidang pelayanan informasi.
3. Karir
sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang
dipegangnya selama kehidupan kerja, semua orang dengan sejarah kerja
disebut mempunyai karir
B. Proses Perencanaan dan Pengembangan Karir
Untuk
memperjelas proses perencanaan karir yang terjadi dalam praktek, kita
gunakan sebuah hipotesis jalur karir bagi seorang direktur dalam
industri perbankan.
Nomor Jabatan
|
Tingkat Jabatan
|
Nama Jabatan
|
Tipe perubahan jabatan
|
Lama waktu (tahun)
|
Umur terakhir
|
1.
|
Calon karyawan
|
Calon analisis kredit
|
-
|
1
|
25
|
2.
|
Karyawan
|
Analisis kredit
|
Promosi
|
4
|
29
|
3.
|
Karyawan
|
Pembantu kepala analisis
|
Promosi
|
2
|
31
|
4.
|
Supervisory
|
Kepala analisis kredit
|
Promosi
|
3
|
34
|
5.
|
Supervisory
|
Kepala administrasi
|
Transfer
|
3
|
37
|
6.
|
Manajemen
|
Wakil pemimpin cabang kecil
|
Promosi
|
3
|
40
|
7.
| | |
Menjalani pendidikan tambahan
|
1
|
41
|
8.
|
Manajemen
|
Wakil pemimpin cabang besar
|
Transfer
|
1
|
42
|
9.
|
Manajemen
|
Pemimpin cabang kecil
|
Promosi
|
2
|
44
|
10.
|
Manajemen
|
Pemimpin cabang besar
|
Transfer
|
3
|
47
|
11.
|
Manajemen
|
Kepala bagian kredit
|
Promosi
|
3
|
50
|
12.
|
Eksekutif
|
Wakil direktur bidang operasi
|
Promosi
|
2
|
52
|
13.
|
Eksekurif
|
Direktur
|
Promosi
|
4
|
56
|
| | |
Pensiun
| | |
C. Manfaat Perencanaan Karir
1. Mengembangkan para karyawan yang dapat dipromosikan
Perencanaan karir membantu untuk mengembangkan suplai karyawan internal
2. Meningkatkan potensi karyawan
Perencanaan
karir mendorong para karyawan untuk lebih menggali kemampuan-kemampuan
potensial mereka karena mereka mempunyai sasaran-sasaran karir tertentu
3. Mendorong pertumbuhan
Berbagai rencana dan sasaran karir memotivasi para karyawan untuk tumbuh dan berkembang
4. Mengurangi penimbunan
Tanpa
perencanaan karir, para manajer akan mudah menimbun bawahan-bawahan
kunci yang berketerampilan dan berprestasi kerja tinggi. Perencanaan
karir menyebabkan karyawan, manajer dan departemen personalia menjadi
sadar akan kualifikasi karyawan.
5. Memuaskan kebutuhan karyawan
Dengan
sedikit penimbunan dan meningkatnya kesempatan untuk tumbuh bagi
karyawan, kebutuhan-kebutuhan dan penghargaan individual, seperti
penghargaan dan prestasi, akan lebih terpuaskan.
6. Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui
Perencanaan
karir dapat membantu para anggota kelompok agar siap untuk
jabatan-jabatan yang lebih penting. Persiapan ini akan membantu
pencapaian rancana-rencana kegiatan yang telah disetujui.
7. Menurunkan perputaran karyawan
Perencanaan terhadap karir individual akan meningkatkan kesetiaan organisasi dan oleh karena itu menurunkan perputaran karyawan.
BAB VI
PENILAIAN PRESTASI KERJA
A. Pengertian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja (performance appraisas) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Kegiatan
ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan
umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Kegunaan-kegunaan penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut
:
1. Perbaikan prestasi kerja
Umpan
balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan manajer dan departemen
personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki
prestasi.
2. Penyesuaian dan kompensasi
Evaluasi
prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan
kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya
3. Keputusan dan penempatan
Promosi,
transfer dan promosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu
atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap
prestasi kerja masa lalu.
4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan
Prestasi
kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga,
prestasi kerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus
dikembangkan.
5. Perencanaan dan pengembangan karir
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.
6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing
Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia
7. Ketidak akuratan informasional
Prestasi
kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam
informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia atau
komponen-komponen lain sistem informasi manajemen personalia.
Menggantungkan diri pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan
keputusan-keputusan personalia yang diambil tidak tepat.
8. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan
Prestasi
kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain
pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan
tersebut.
9. Kesempatan kerja yang adil
Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi
10. Tantangan-tantangan eksternal
Kadang-kadang
prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja,
seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah
pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi departemen personalia mungkin dapat menawarkan bantuan.
B. Persiapan Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian
hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenai prestasi kerja
karyawan untuk mencapai tujuan ini. Sistem-sistem penilaian harus
mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job-related), praktis, mempunyai standar-standar dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat dihandalkan.
Job related
berarti bahwa sistem menilai perilaku-perilaku kritis yang mewujudkan
keberhasilan perusahaan. Sedangkan suatu sistem disebut praktis bila
dipahami atau dimengerti oleh para penilai dan karyawan.
Disamping harus “job relation” dan praktis, evaluasi prestasi kerja memerlukan standar-standar pelaksanaan kerja (performance standars),
agar efektif standar hendaknya berhubungan dengan hasil-hasil yang
diinginkan pada setiap pekerjaan. Evaluasi juga memerlukan ukuran-ukuran
prestasi kerja yang diandalkan (performance measures).
Berbagai ukuran ini, agar berguna harus mudah digunakan, reliabel dan
melaporkan perilaku-perilaku kritis yang menentukan prestasi kerja.
C. Sistem-Sistem Penilaian Prestasi Kerja Tradisional
Ada
beberapa sistem pengukuran prestasi kerja para karyawan. Sistem-sistem
ini mempunyai dasar yang sama dengan sistem-sistem untuk penilaian
jabatan (evaluasi jabatan). Meskipun demikian perlulah disadari bahwa
kedua jenis penilaian ini mempunyai tujuan yang cukup berbeda. Penilaian
prestasi kerja lebih ditujukan untuk menentukan baik tidaknya seorang
karyawan untuk bisa dipakai sebagai dasar promosi misalnya. Sedangkan
penilaian jabatan ditujukan untuk menentukan harga suatu jabatan, yang
pada akhirnya nanti akan disusun struktur upah yang adil dan layak.
Sistem-sistem penilaian prestasi kerja diantaranya adalah :
1. Rating scale
2. Checklist
3. Metode peristiwa kritis
4. Field review method
1. Rating Scale
Bentuk
penilaian prestasi kerja yang tertua dan paling banyak digunakan adalah
rating scale. Pada metode ini, evaluasi subyektif dilakukan oleh
penilai terhadap prestasi kerja karyawan dengan skala tertentu dari
rendah sampai tinggi. Seperti ditunjukkan dalam tabel 6-1, evaluasi
hanya didasarkan pada pendapat penilai, yang membandingkan hasil
pekerjaan karyawan dengan faktor-faktor (kriteria) yang dianggap penting
bagi pelaksanaan kerja tersebut. Dalam banyak kasus, kriteria ini
mungkin juga tidak berhubungan langsung dengan pelaksanaan kerja.
|
Tabel 6-1 Contoh Rating Scale untuk evalusai prestasi kerja
Formulir
penilaian biasanya diisi oleh atasan langsung dengan menanda tanggapan
yang paling sesuai untuk setiap dimensi pelaksanaan kerja.
Tanggapan-tanggapan penilai bisa diberikan dengan nilai-nilai numerik
agar memungkinkan skor rata-rata dihitung dan diperbandingkan di antara
para karyawan.
Kelebihan metode Rating Ccale
* Tidak mahal dalam penyusunan dan administrasinya
* Penilai hanya memerlukan sedikit latihan
* Tidak memakan waktu
* Dapat diterapkan untuk jumlah karyawan yang besar
Kelemahan metode Rating Scale
- Kesulitan
dalam menentukan kriteria yang relevan dengan pelaksanaan kerja,
apalagi kalau formulir akan diterapkan untuk semua pekerjaan
- Formulir dan prosdur yang distandarisasikan tidak selalu berhubungan dengan pelaksanaan kerja
2. Checklist
Metode
penilaian checklist dimaksudkan untuk mengurangi beban penilai, penilai
tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-kata yang menggambarkan
prestasi kerja dan karakteristik-karakteristik karyawan. Penilai
biasanya adalah atasan langsung (sama halnya dengan metode Rating
Scale). Metode checklist bisa memberikan suatu gambaran prestasi kerja
secara akurat, bila daftar penilaian berisi item-item yang memadai.
Meskipun metode ini praktis dan terstandarisasi, penggunaan
kalimat-kalimat yang umum mengurangi keterkaitan dengan pekerjaan.
Metode checklist pada item-item diberikan bobot penilaian.
|
Tabel 6-2 contoh werighted performance cheklist
Kebaikan metode checklist
♣ Ekonomis
♣ Mudah administrasinya
♣ Latihan bagi penilai terbatas
♣ Terstandarisasi
Kelemahan metode checklist
- Penggunaan kriteria kepribadian disamping kriteria prestasi kerja
- Kemungkinan terjadinya bias penilai
- Interprestasi salah terhadap item-tem checklist
- Penggunaan bobot yang tidak tepat
3. Metode Peristiwa Kritis
Metode peristiwa kritis (Critical incident method)
merupakan penilaian yang mendasarkan pada catatan-catatan penilai yang
menggambarkan perilaku karyawan sangat baik atau sangat jelek dalam
kaitannya dengan pelaksanaan kerja.
Metode
peristiwa kritis sangat berguna dalam memberikan umpan balik kepada
karyawan dan mengurangi kesalahan kesan terakhir. Kelemahan metode ini
adalah bahwa para atasan sering tidak berminat mencatat
peristiwa-peristiwa kritis atau cenderung mengada-ada dan bersifat
subyektif
4. Field Review Method (Metode peninjauan lapangan)
Agar tercapai penilaian yang lebih terstandarisasi, banyak perusahaan menggunakan metode peninjauan lapangan (field review method). Dengan metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan membantu para penyelia dalam penilaian mereka.
Spesialis
personalia mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung tentang
prestasi kerja karyawan, kemudian ahli itu mempersiapkan evaluasi atas
dasar informasi tersebut, evaluasi dikirim kepada penyelia untuk review,
perubahan, persetujuan dan pembahasan dengan karyawan yang dinilai.
Spesialis personalia bisa mencatat penilaian pada tipe formulir penilaian apapun yang digunakan perusahaan.
D. Metode-metode Penilaian Berorientasi Masa Depan
1. Penilaian diri (self –appraisals)
Teknik
evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan
pengembangan diri. Bila karyawan menilai dirinya, perilaku defensif
cenderung tidak terjadi, sehingga upaya perbaikan diri juga cenderung
dilaksanakan.
2. Penilaian psikologis (psychological appraisals)
Penilaian
ini pada umumnya terdiri dari wawancara mendalam, tes-tes psikologi,
diskusi dengan atasan langsung dan review evaluasi-evaluasi lainnya.
Penilaian psikologis, biasanya dilakukan oleh para psikolog terutama
digunakan untuk menilai potensi karyawan diwaktu yang akan datang
3. Pendekatan management by objectives (MBO).
Inti
pendekatan MBO adalah bahwa setiap karyawan dan penyelia secara bersama
menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang
akan datang, kemudian dengan menggunakan sasaran-sasaran tersebut,
penilaian prestasi kerja dilakukan secara bersama-sama pula.
4. Teknik pusat penilaian
Untuk
membantu identifikasi “talenta” manajemen di waktu yang akan datang,
banyak perusahaan besar mempunyai pusat-pusat penilaian.
Assessment
centers adalah suatu bentuk penilaian karyawan yang distandarisasikan
dimana tergantung pada berbagai tipe penilaian dan penilai.
E. Implikasi Penilaian Prestasi Kerja
Proses
penilaian prestasi kerja menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi
kerja karyawan di waktu yang lalu dan atau prediksi di waktu yang akan
datang. Ketepatan penilaian terutama tergantung pada berbagai standar,
ukuran dan teknik evaluasi yang dipilih. Bagaimanapun juga proses
penilaian ini kurang mempunyai nilai bila para karyawan tidak menerima
umpan balik mengenai prestasi kerja mereka. Tanpa umpan balik perilaku
karyawan tidak akan dapat diperbaiki. Oleh karena itu, bagian kritis
proses penilaian adalah wawancara evaluasi. Wawancara evaluasi
adalah periode peninjauan kembali prestasi kerja yang memberikan kepada
para karyawan umpan balik tentang prestasi kerja di masa lalu dan
potensi mereka. Penilai bisa memberi umpan balik ini melalui beberapa
pendekatan :
1. Tell and Sell Approach
Mereview
prestasi kerja karyawan dan mencoba meyakinkan karyawan untuk
berprestasi lebih baik. Pendekatan ini paling baik digunakan untuk para
karyawan baru.
2. Tell and Listen Approach
Memungkinkan
karyawan untuk menjelaskan berbagai alasan, latar belakang dan perasaan
defensif mengenai prestasi kerja. Ini bermaksud untuk mengatasi
reaksi-reaksi tersebut dengan konseling tentang bagaimana cara
berprestasi yang baik.
3. Problem Solving Approach
Mengidentifikasi
masalah-masalah yang mengganggu prestasi kerja karyawan. Kemudian
melalui latihan, konseling, upaya-upaya dilakukan untuk pemecahan
penyimpangan-penyimpangan.
BAB VII
PEMBERIAN KOMPENSASI
Perusahaan
dapat memberi penghargaan kepada karyawan dalam bentuk finansial maupun
non finansial, penghargaan finansial meliputi pemberian gaji/ upah,
tunjangan, jaminan asuransi, pembagian keuntungan, bonus dan pensiun.
Sedangkan penghargaan non finansial meliputi kondisi kerja yang baik,
penghargaan atas prestasi.
Kompensasi
dapat memiliki arti berlainan, tergantung pada perspektif
masing-masing. Sebagian karyawan mengidentifikasikan kompensasi sebagai
imbalan bagi pekerjaan yang telah diselesaikan karyawan tersebut dan
karyawan lain mungkin menganggap kompensasi sebagai nilai yang
diletakkan perusahaan pada keahlian atau kemampuan karyawan. Dalam hal
ini arti kompensasi memang lebih luas daripada pengertian gaji/ upah.
Kompensasi dapat diartikan sebagai semua bentuk pengembalian (return) finansial dan tunjangan-tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah hubungan kepegawaian. Kompensasi meliputi imbalan monetee (ekstrinsik)
dan imbalan intrinsik organisasi (pengakuan, pemberian kesempatan untuk
promosi, tantangan kesempatan kerja). Sedangkan arti upah menurut Edwin
B. Flippo adalah harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan oleh
seseorang kepada orang lain.
A. Imbalan Intrinsik dan Ekstrinsik
Dalam pemberian kompensasi terdapat dua kategori imbalan yaitu :
- Imbalan Intrinsik
Jenis
imbalan ini adalah berasal dari individu sendiri dan melekat pada
aktivitas mereka serta pelaksanaannya tidak tergantung pada kehadiran
atau tindakan dari orang lain. Misalnya kepuasan pribadi atas
keberhasilan menyelesaikan pekerjaan dengan baik, perasaan senang karena
diberi otonomi dalam bekerja dan perasaan pertumbuhan/ perkembangan
pribadi karena kesuksesan yang telah dicapai. Melihat hal tersebut maka
organisasi harus dapat merancang pekerjaan bagi karyawannya
sedemikiannya sehingga dapat menumbuhkan imbalan intrinsik tersebut.
- Imbalan Ekstrinsik
Imbalan
ini berasal dari luar yang diberikan kepada tenaga kerja untuk
mempengaruhi perilaku dan kinerja mereka. Pemberian ini dapat berwujud
gaji/ upah, bonus, pembagian keuntungan (finansial) selain itu dapat
pula berupa pemberian non finansial seperti ; pujian, promosi, asuransi,
pensiun, lingkungan kerja yang bagus dan hubungan antara teman yang
komunikatif.
Dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa upah dapat merupakan
pengganti atau jasa yang telah diserahkan oleh pekerja kepada pihak lain
atau perusahaan dimana ia bekerja. Jadi disini upah/ gaji termasuk
salah satu elemen kompensasi. Untuk jelasnya dapat diperiksa gambar
berikut ;
![]() | |||
![]() |
Gambar 13.3 : Komponen-komponen Program Kompensasi
Sumber : Henry Simamora, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia
B. Tujuan Pemberian Kompensasi
a) Menarik karyawan untuk bekerja
Perusahaan
harus dapat memberikan kompensasi baik finansial maupun yang non
finansial secara kompetitif bagi tenaga kerja agar calon tenaga kerja
tertarik untuk bekerja pada perusahaan, meskipun ada sebagian perusahaan
yang menganggap bahwa upah/ gaji bukan faktor penentu dalam pemilihan
pekerjaan.
b) Menahan karyawan agar tidak berpindah pekerjaan
Karyawan-karyawan
yang produktif sudah selayaknya untuk dipertahankan agar tidak
berpindah pekerjaan. Salah satu upaya untuk menahan mereka yaitu dengan
memberikan kompensasi yang adil dan layak sehingga kayawan akan terbebas
dari rasa tertekan dan sebaliknya mereka merasa puas dalam bekerja.
c) Memberi motivasi kerja
Apabila
imbalan didistribusikan secara adil kepada karyawan maka mereka akan
termotivasi untuk rajin bekerja. Oleh karenanya pemberian gaji/
kompensasi harus dirancang agar dapat memberi keadilan internal,
eksternal dan keadilan individu. Keadilan eksternal yaitu bahwa
pemberian upah/ gaji sepadan dengan penggajian yang diberikan perusahaan
sejenis pada para tenaga kerja eksternal. Faktor lain yang
mempengaruhinya adalah standar minimal yang berlaku, serikat pekerja,
kondisi finansial perusahaan dan kondisi perekonomian pada umumnya.
Keadilan
internal merupakan ukuran bahwa tingkat gaji itu sesuai dengan nilai
pekerjaan internal bagi perusahaan dan ini dipengaruhi oleh komponen
deskripsi spesifikasi atau standar pekerjaan.
Sedangkan
keadilan individu memberi arti bahwa, individu-individu di dalam
organisasi merasa diperlakukan secara wajar dengan rekan sekerja mereka.
Teori keadilan menyatakan bahwa, setiap individu akan membuat
perbandingan sosial dalam menilai imbalan dan status masing-masing.
Seorang individu akan membuat perbandingan tentang dirinya seperti
pengalaman kerja, senior, keahlian, usia, upaya, tingkat pendidikan dan
loyalitas terhadap gaji yang diperolehnya. Demikian juga ia akan menilai
suatu pekerjaan yang dipikul seperti, tingkat kesulitan, rentang waktu
dan besarnya tanggung jawab terhadap gaji yang diterimanya.
Dari
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap karyawan akan
menentukan pengharapan-pengharapan mengenai kompensasi sesuai dengan
kinerjanya. Level kinerja yang tinggi juga mengharapkan level kompensasi
yang tinggi pula.
Program-program
kompensasi penting bagi perusahaan, karena mencerminkan upaya
perusahaan untuk mempertahankan sumber daya manusia. Apabila pengupahan
dan penggajian tidak diadministrasikan secara tepat, perusahaan bisa
kehilangan para karyawan yang baik dan harus mengeluarkan biaya untuk
menarik, menyeleksi, melatih dan mengembangkan penggantinya. Bahkan bila
karyawan tidak keluar, mereka mungkin menjadi tidak puas terhadap
perusahaan dan menurunkan produktivitas mereka.
C. Tujuan-tujuan Administrasi Kompensasi
1. Memperoleh personalia yang qualified
Kompensasi
perlu ditetapkan cukup tinggi untuk menarik para pelamar, karena
perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja, tingkat pengupahan harus
sesuai dengan kondisi suplai dan permintaan tenaga kerja, kadang-kadang
tingkat gaji yang relatif tinggi diperlukan untuk menarik para pelamar
cakap yang sudah bekerja di berbagai perusahaan lain.
2. Mempertahankan para karyawan yang ada sekarang
Bila
tingkat kompensasi tidak kompetitif niscaya banyak karyawan yang baik
akan keluar. Untuk mencegah perputaran karyawan, pengupahan harus dijaga
agar tetap kompetitif dengan perusahaan-perusahaan lain.
3. Menjamin keadilan
Administrasi
pengupahan dan penggajian berusaha untuk memenuhi prinsip keadilan.
Keadilan atau konsistensi internal dan eksternal sangat penting
diperhatikan dalam penentuan tingkat kompensasi.
4. Menghargai perilaku yang diinginkan
Kompensasi
hendaknya mendorong perilaku-perilaku yang diinginkan prestasi kerja
yang baik ; pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan
perilaku-perilaku lain yang dapat dihargai melalui rencana kompensasi
yang efektif.
5. Mengendalikan biaya-biaya
Suatu
program kompensasi yang rasional membantu organisasi untuk mendapatkan
dan mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat biaya yang layak.
Tanpa struktur pengupahan dan penggajian sistematika organisasi dapat
membayar kurang (underpay) atau lebih (overpay) kepada para karyawannya.
D. Tantangan-tantangan yang Mempengaruhi Kebijaksanaan Kompensasi
Penentuan besarnya kompensasi dipengaruhi oleh beberapa tantangan implikasi. Ketergantungan
ini bisa memaksa departemen personalia untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian lebih lanjut terhadap kebijaksanaan kompensasi
perusahaan. Diantara tantangan-tantangan tersebut adalah :
1. Suplai dan permintaan tenaga kerja
Beberapa
jenis pekerjaan mungkin harus dibayar lebih tinggi daripada yang
ditunjukkan oleh nilai relatifnya karena desakan kondisi pasar
2. Serikat karyawan
Lemah
atau kuatnya serikat karyawan mencerminkan kemampuan organisasi
karyawan tersebut untuk menggunakan pengaruh mereka pada penentuan
tingkat kompensasi. Semakin kuat kekuatan serikat berarti semakin kuat
posisi perundingan karyawan dalam penetapan tingkat upah mereka.
3. Produktifitas
Perusahaan
harus memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup dan tumbuh.
Tanpa hal ini perusahaan tidak dapat membayar para karyawannya melebihi
kontribusi mereka kepada perusahaan melalui produktivitas.
4. Kesedian untuk membayar
Perusahaan
sebenarnya ingin membayar kompensasi secara adil dan layak, untuk itu
karyawan seharusnya melakukan pekerjaan sesuai dengan upah yang mereka
terima. Manajemen perlu mendorong para karyawan untuk meningkatkan
produktifitas mereka agar kompensasi yang lebih tinggi dapat dibayarkan.
5. Berbagai kebijaksanaan pengupahan dan penggajian
Semua
organisasi mempunyai kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mempengaruhi
pengupahan dan penggajian. Salah satu kebijaksanaan umum adalah
memberikan kenaikan upah yang sama besarnya kepada karyawan anggota
serikat buruh atau bukan anggota serikat, kebijaksanaan pembayaran bonus
(premi) di atas upah dasar, menetapkan kenaikan kompensasi secara
otomatis bila indeks biaya bidup naik.
6. Kendala-kendala pemerintah
Tekanan-tekanan
eksternal dari pemerintah dengan segala peraturannya mempengaruhi
penetapan kompensasi perusahaan. Peraturan upah minimum, upah kerja,
kerja lembur dan pembatasan umur untuk tenaga kerja anak-anak merupakan
beberapa contoh kendala kompensasi yang berasal dari pemerintah.
Sistem upah dapat digolongkan ke dalam tiga golongan
BAB VIII
PEMELIHARAAN TENAGA KERJA
Pada
kenyataannya bahwa semakin besar suatu organisasi akan semakin kompleks
hubungan antar individu dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Hal
ini akan nampak berlainan manakala kita mengamati hubungan antar
individu pada perusahaan kecil. Hubungan mereka disini masih nampak
kekeluargaan atau kurang formal. Seringkali antara tujuan perusahaan
dengan tujuan individu terjadi kesenjangan. Oleh karena itu perusahaan
perlu mengaktifkan fungsi integrasi yaitu seluruh aktivitas untuk
memahami motif dan sifat-sifat karyawan sekaligus mengetahui kebutuhan
mereka. Dengan kata lain diadakan penyesuaian antara kepentingan
individu dengan kepentingan perusahaan sehingga akan terjadi keselarasan
di dalam mencapai tujuan perusahaan.
Manajer
sebagai motivator harus pandai memberi pengarahan agar kesenjangan
tersebut dapat dikurangi atau ditiadakan sehingga dalam hal ini
diperlukan fungsi operasional yaitu mempertahankan karyawan.
v Pengertian Mempertahankan Kondisi Karyawan
Pada
dasarnya fungsi mempertahankan kondisi karyawan tidak hanya berarti
mencegah keluarnya karyawan yang telah ditarik/ diterima perusahaan,
tetapi lebih luas dari itu. Dalam kondisi yang mampu/ cakap dan bersedia
bekerjasama ini perusahaan selayaknya mempertahankan sikap kerja sama
dan kecakapan bekerja para karyawan.
Dalam
mempertahankan atau memelihara kondisi yang sudah baik tersebut
perusahaan dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang sedemikian rupa
dapat membantu sikap maupun kecakapan yang telah dimiliki para karyawam.
Berdasarkan kondisi yang dimiliki para karyawan, maka kegiatan atau
program perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ;
(1) Untuk mempertahankan kondisi fisik karyawan bisa disiapkan program keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Untuk mempertahankan sikap kerja sama bisa disiapkan program pelayanan dalam beberapa/ berbagai bentuk kegiatan (service program)
(1) Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara
historis, pandangan manusia terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
yang berkembang dari yang sederhana ke pandangan yang didasari konsep
sistem yang kompleks.
Secara terperinci pandangan-pandangan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor nasib dari para karyawan yang terkena kecelakaan
Pada masa ini tidak ada upaya rasional untuk mencegah terjadinya kecelakaan jangan sampai terulang
b) Faktor lingkungan phisik para karyawan, seperti mesin, gedung, ruangan, peralatan.
Pada
masa ini upaya preventif lebih diarahkan pada pemasangan
fasilitas-fasilitas yang sifatnya melindungi, mengendalikan dan mencegah
terjadinya kecelakaan.
c) Faktor kelalaian manusia, seperti ceroboh, mengantuk, mabuk atau tidak mampu melaksanakan tugas/ pekerjaan.
Pada masa ini, perhatian dan perbaikan lebih diarahkan pada peningkatan kesadaran dan tindakan manusianya.
d) Faktor ketidak-serasian kombinasi faktor-faktor produksi yang dikelola dalam perusahaan.
Pada
masa ini, seluruh kejadian/ kecelakaan di perusahaan menjad tanggung
jawab manajemen, sehingga cara mengatasi lebih bersifat preventif dengan
mengelola program keselamatan dan kesehatan kerja serta program
pelayanan secara terpadu.
Dengan
melihat permasalahan keselamatan kerja melalui pendekatan sistem, maka
dapat diterima bahwa yang menjadi penyebab kecelakaan adalah karena
adanya kelemahan dan ketidak serasian dalam sistem manajemen. Dengan
berubahnya pandangan yang diarahkan pada sifat preventif atau
pencegahan, maka fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan diperlukan untuk
mencapai tujuan.
- Usaha yang bersifat preventif atau mencegah
Preventif
artinya mencegah dan/ atau mengendalikan sumber-sumber bahaya yang
terdapat di tempat kerja sehingga berakibat tidak atau kurang
membahayakan para karyawan
Langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan sebagai berikut :
(1) Substitusi
(2) Isolasi
(3) Pengendalian secara teknis
(4) Pemakaian Alat Pelindung Perorangan
(5) Mendeteksi sumber bahaya dan sarana pengaman/ pelindung
(6) Petunjuk dan peringatan di tempat kerja
(7) Latihan dan pembinaan bagi karyawan
- Usaha yang bersifat represif atau kuratif
Telah
dikemukakan di atas bahwa pengawasan keselamatan kerja lebih ditekankan
pada kegiatan-kegiatan preventif. Walaupun demikian dalam praktek
kegiatan yang bersifat represif kuratif sagat penting diperhatikan.
Kegiatan
yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian yang disebabkan oleh
sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Kejadian itu dapat
berbentuk kecelakaan yang langsung mengenai diri/ tubuh para karyawan
maupun kebakaran, tersebarnya gas beracun, dan kejadian yang berbahaya
lain di tempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya
sangat dirasakan arti persiapan fasilitas dan mental para karyawan
dalam menghadapi dan mengatasinya. Kegiatan yang bersifat preventif dan
kuratif sangat berhubungan erat. Bagi karyawan paling tidak mengetahui
fasilitas yang ada, mampu menggunakan fasilitas, dan mempunyai tanggung
jawab terhadap tugasnya masing-masing.
Usaha
mencegah dan mengatasi kecelakaan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan
dari usaha memelihara kesehatan para karyawan, karena usaha-usaha
tersebut saling kait mengkait. Kondisi kesehatan fisik/ mental seorang
karyawan dapat berakibat pada terjadinya kecelakaan, walaupun karyawan
tersebut sudah menggunakan alat pelindung. Sebaliknya lingkungan fisik
yang jelek tidak hanya berakibat pada keselamatan karyawan, tetapi tanpa
disadari dapat mempengaruhi fisik dan mentalnya.
Hal
ini terutama pada perusahaan yang menggunakan bahan-bahan kimia yang
berbahaya seperti air raksa, fiber glass dan sebagainya. Untuk jenis
perusahaan ini perlu memperhatikan keamanan dan kebersihan lingkungan
kerjanya agar karyawan tidak menerima dampak negatif adanya pencemaran
lingkungan atau lebih jauh lagi terjadi kecelakaan kerja karena
kurangnya pengamanan kerja. Apabila sering terjadi kecelakaan kerja atau
karyawan sakit karena lingkungan kerja yang buruk maka semua program
yang telah diselenggarakan sebelumnya seperti pendidikan dan pelatihan
akan sia-sia sebab tingkat absensi karyawan menjadi tinggi.
Program
kesehatan tenaga kerja dapat diselenggarakan dengan melakukan
pemeriksaan rutin atau penyediaan alat-alat dan staf medis yang memadai
di perusahaan. Perusahaan dapat pula mengadakan kerja sama dengan dokter
atau rumah sakit di luar perusahaan untuk mendukung program kesehatan
kerja ini.
(2) Program Pelayanan Karyawan
Program ini diharapkan dapat membantu meningkatkan semangat kerja karyawan. Program ini dapat berupa :
- Bantuan untuk kesejahteraan karyawan (pemberian pinjaman uang, perumahan, transportasi, pembelian lewat koperasi).
- Penyelenggaraan rekreasi, olahraga secara terprogram
- Pemberian fasilitas lain bagi karyawan.
Manfaat diselenggarakannya rogram ini diantaranya (Heidjrachman dan Suad Husnan, 1990 : 1990 : 26a)
1. Penarikan tenaga kerja yang lebih efektif
2. Memperbaiki semangat dan kesetiaan karyawan
3. Menurunkan tingkat absensi dan perputaran tenaga kerja
4. Memperbaiki hubungan masyarakat
5. Mengurangi pengaruh organisasi serikat pekerja
6. Mengurangi campur tangan pemerintah
BAB IX
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pada hakekatnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya :
1. Pengunduran diri dari pihak karyawan
2. Pemberhentian dari pihak perusahaan
a. Pemberhentian sementara (lay off)
b. Pemecatan (fired)
c. Penempatan ke luar (out placement)
d. Demosi (sebagai alternatif pemberhentian)
e. Pemensiunan (retirement)
1. Pengunduran diri dari pihak karyawan
Karyawan
dapat mengajukan pengunduran diri dari pekerjaannya karena alasan
pribadi, tidak cocok dengan pimpinan atau manjemen maupun tidak
menyenangi lingkungan kerja. Pengunduran diri ini dapat juga dikarenakan
karyawan merasa mempunyai kesalahan dan daripada dipecat dari
jabatannya maka secara sukarela dia mengajukan diri.
2 Pemberhentian dari pihak perusahaan
Hukuman yang paling keras diberikan oleh perusahaan kepada karyawan adalah pemberhentian (termination).
Apabila perusahaan memiliki serikat pekerja maka prosedur
pemberhentiannya biasanya ditentukan secara jelas dalam suatu perjanjian
kerja. Pada perusahaan kecil, proses pemberhentian dapat berlangsung
secara informal. Terlepas dari besar kecilnya perusahaan, sebaliknya
karyawan diberitahukan sebelumnya alasan ia diberhentikan dan mulai
kapan diberlakukannya pemberhentian tersebut.
a. Pemberhentian sementara (lay off)
Pada
waktu omset perusahaan menurun tajam misalkan pada waktu terjadi krisis
ekonomi atau sebab-sebab lain, maka tidak ada piliha lain keculai
memberhentikan sementara atau merumahkan karyawannya. Disini karyawan
masih punyai ikatan dengan perusahaan. Hal ini berbeda dengan pemecatan,
dimana karyawan telah putus hubungan dengan perusahaan dan mereka bebas
mencari pekerjaan lain. Biasanya untuk menarik kembali karyawan yang
dirumahkan telah diatur dalam perjanjian, termasuk urutan (senioritas) karyawan yang diprioritaskan dipanggil terlebih dahulu
b. Pemecatan (fired)
Tindakan
ini sebenarnya dilakukan perusahaan sudah merupakan pilihan terakhir
dan sebelumnya harus telah didahului dengan peraturan-peraturan yang
harus ditaati, sanksi-sanksi yang akan diberikan jika melanggar, seperti
misalnya skorsing dan karyawan juga telah diberi peringatan-peringatan.
Pelanggaran-pelanggaran yang pada umumnya dilakukan karyawan
diantaranya :
- Lalai dalam melaksanakan tugas (sering tidak hadir tanpa ijin)
- Inefisiensi dalam bekerja
- Suka membuat keributan di tempat kerja
- Melakukan kecurangan, manipulasi, pencurian
Hal-hal tersebut yang akhirnya dapat menyebabkan adanya tindakan pemecatan dari perusahan
c. Penempatan ke luar (outplacement )
Dalam
hal ini karyawam diberhentikan tetapi perusahaan membatu penempatan ke
luar atau dicarikan pekerjaan lain, terutama untuk karyawan yang telah
lama bekerja. Pemberhentian ini disebabkan dari pihak perusahaan
melakukan pengurangan karyawan dan bukan karena karyawan tersebut
melakukan kesalahan atau kurang cakap dalam bekerja.
d. Demosi (sebagai alternatif pemberhentian)
Maksud
demosi disini adalah proses untuk memindahkan karyawan ke tingkat
pekerjaan yang tanggung jawabnya lebih rendah dan akan diikuti pula
dengan pengurangan upah/ gaji. Seorang karyawan mungkin menjadi kurang
terampil dengan berkembangnya teknologi baru atau karena usia semakin
lanjut, maka demosi merupakan alternatif pemberhentian.
e. Pemensiunan
Karyawan
yang telah memasuki usia tertentu akan berhenti bekerja atau
meninggalkan perusahaan karena pensiun. Memasuki masa pensiun ini
karyawan akan mendapatkan tunjangan pensiun yang dibayarkan setiap bulan
maupun berupa pesangon sekaligus. Karyawan dapat pula mengajukan
pensiun sebelum waktunya (pensiun muda) karena alasan pribadi atau
perusahaan menghendaki karyawan dipensiunkan lebih awal karena ada
pengurangan staf.
BAB X
KEPUASAN KERJA, STRESS DAN DISIPLIN
Ada
banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan, karyawan
bekerja dengan produktif atau tidak tergantung pada motivasi, kepuasan
kerja, tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi,
desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomi, teknis serta keperilakuan
lainnya. Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas ini sangat penting karena fungsi-fungsi personalia dapat
memiliki faktor-faktor peningkatan produktivitas yang sesuai dengan
situasi tertentu.
A. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja (job satisfaction)
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang
mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
1. Fungsi Kepuasan Kerja
Para
karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja akan melaksanakan pekerjaan
dengan lebih baik. Dalam banyak kasus memang sering ada hubungan positif
antara kepuasan tinggi dan prestasi kerja tinggi, tetapi tidak selalu
cukup kuat dan berarti (signifikan).
Ada banyak karyawan dengan kepuasan kerja tinggi tidak menjadi karyawan
yang produktivitasnya tinggi, tetapi tetap hanya sebagai karyawan
rata-rata. Kepuasan kerja itu sendiri, bukan merupakan suatu motivasi
kuat. Bagaimanapun juga, kepuasan kerja perlu untuk memelihara karyawan
agar lebih tanggap terhadap lingkungan motivasional yang diciptakan.
Dalam kenyataannya, banyak pendapat yang mengemukakan bahwa kepuasan
kerja yang lebih tinggi terutama dihasilkan oleh prestasi kerja.
Prestasi
kerja lebih baik mengakibatkan penghargaan yang lebih tinggi. Bila
penghargaan tersebut dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan kerja
karyawan akan meningkat karena menerima penghargaan dalam proporsi yang
sesuai dengan prestasi kerja mereka. Dilain pihak, bila penghargaan
dipandang tidak mencukupi untuk suatu tingkat prestasi kerja mereka,
ketidakpuasan kerja cenderung terjadi. Kondisi kepuasan atau
ketidakpuasan kerja tersebut selanjutnya menjadi umpan balik yang akan
mempengaruhi prestasi kerja di waktu yang akan datang. Jadi hubungan
prestasi dan kepuasan kerja menjadi suatu sistem yang berlanjut (continue).
Kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun
perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam
lingkungan kerja perusahaan.
2. Kepuasan Kerja, Perputaran Karyawan dan Absensi
Meskipun
hanya merupakan salah satu faktor dari banyak faktor pengaruh lainnya,
kepuasan kerja mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi.
Perusahaan bisa mengharapkan bahwa bila kepuasan kerja meningkat,
perputaran karyawan dan absensi menurun atau sebaliknya. Seperti
ditunjukkan dalam gambar 10.2, kepuasan kerja yang lebih rendah biasanya
akan mengakibatkan perputaran karyawan lebih tinggi. Mereka lebih mudah
meninggalkan perusahaan dan mencari kesempatan di perusahaan lain.
Hubungan serupa berlaku juga untuk absensi para karyawan yang kurang
mendapatkan kepuasan kerja cenderung lebih sering absen. Mereka sering
tidak merencanakan untuk absen, tetapi ada berbagai alasan untuk absen.
Untuk mereka lebih mudah menggunakan alasan-alasan tersebut.
3. Kepuasan Kerja, Umur dan Jenjang Pekerjaan
Semakin
tua umur karyawan, mereka cenderung lebih terpuaskan dengan
pekerjaan-pekerjaan mereka. Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi
kepuasan kerja mereka. Seperti pengharapan-pengharapan yang lebih rendah
dan penyesuaian-penyesuaian lebih baik terhadap situasi kerja karena
mereka lebih berpengalaman. Para karyawan yang lebih muda dilain pihak
cenderung kurang terpuaskan, karena berbagai pengharapan yang lebih
tinggi, kurang penyesuaian dan penyebab-penyebab lainnya. Tentu saja ada
pengecualian tetapi banyak studi yang membuktikan bahwa kepuasan kerja
yang tinggi dipengaruhi oleh umum. Hubungan umum ini ditunjukkan dalam
gambar 10.3, dimana model hubungan tersebut diterapkan baik untuk
karyawan pria maupun wanita dan untuk manajer maupun karyawan.
Gambar
10.3 di atas juga menunjukkan bahwa orang-orang dengan jenjang
pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih mendapatkan kepuasan kerja.
Mereka biasanya memperoleh kompensasi lebih baik, kondisi kerja lebih
nyaman dan pekerjaan-pekerjaan mereka memungkinkan penggunaan segala
kemampuan yang mereka punyai sehingga mereka mempunyai alasan-alasan
untuk lebih terpuaskan sebagai contoh dalam praktek para karyawan
terampil cenderung memperoleh kepuasan kerja lebih besar daripada
karyawan tidak terampil.
4. Besar Organisasi dan Kepuasan Kerja
Ukuran
organisasi cenderung mempunyai hubungan secara berlawanan dengan
kepuasan kerja. Semakin besar organisasi kepuasan kerja cenderung turun
secara moderat kecuali manajemen mengambil berbagai tindakan korektif.
Tanpa tindakan koreksi, organisasi besar akan “menenggelamkan”
orang-orangnya dan berbagai proses seperti partisipasi, komunikasi dan
koordinasi kurang lancar karena kekuasaan pengambilan keputusan terletak
jauh dari para karyawan, mereka sering merasa kehilangan peranan. Di
samping itu lingkungan kerja yang terlalu besar juga menghapuskan
berbagai elemen kedekatan pribadi, persahabatan dan “kehangatan”
kelompok kerja kecil yang merupakan faktor penting kepuasan kerja
karyawan.
Istilah
“besar atau ukuran organisasi” berkaitan dengan besarnya satuan
pengoperasian seperti sebuah pabrik cabang, bukan dalam arti satuan
perusahaan sebagai keseluruhan. Akhirnya karena ada hubungan antara
besar organisasi dan kepuasan kerja, fungsi personalia dalam
organisasi-organisasi besar mungkin mempunyai atau menghadapi kesulitan
lebih berat untuk mempertahankan kepuasan kerja karyawan.
B. Stress Karyawan
1. Pengertian Stress
Stress
adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, sebagai
hasilnya pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress
yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Gejala-gejala ini menyangkut baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Orang-orang yang mengalami stress bisa menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis.
Mereka
sering menjadi mudah marah dan agresif, tidak dapat rileks, atau
menunjukkan sikap yang tidak kooperatif. Lebih lanjut, mereka melarikan
diri dengan minum alkohol (minuman keras) atau merokok secara
berlebihan. Disamping itu mereka bahkan bisa terkena berbagai penyakit
fisik seperti masalah pencernaan dan atau tekanan darah tinggi serta
sulit tidur.
2. Penyebab-penyebab Stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi stressors. Ada dua ketegori penyebab stress yaitu on the job dan off the job.
Hampir
setiap kondisi pekerjaan bisa menyebabkan stress, tergantung pada
reaksi karyawan. Sebagai contoh, seorang karyawan akan dengan mudah
menerima dan mempelajari prosedur kerja baru, sedangkan seorang karyawan
lain tidak atau bahkan menolaknya. Bagaimanapun juga ada sejumlah
kondisi kerja yang sering menyebabkan stress bagi para karyawan.
Diantara kondisi-kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas supervisi yang jelek
4. Iklim politis yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab
7. Kemenduaan peranan (role ombiguity)
8. Frustasi
9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
10. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
11. Berbagai bentuk perubahan
Dilain pihak stress karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang terjadi diluar perusahaan. Penyebab-penyebab stress “off the job” antara lain :
1. Kekuatiran finansial
2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3. Masalah-masalah fisik
4. Masalah-masalah perkawinan (misal : perceraian)
5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
6. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara
3. Stress dan Prestasi Kerja
Stress dapat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah (dysfunctional)
atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa
stress mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan
kerja, tergantung seberapa besar tingkat stress. Gambar 10.4 menyajikan
model stress. Prestasi kerja yang menunjukkan hubungan antara stress dan
prestasi kerja. Bila tidak ada stress, tantangan-tantangan kerja juga
tidak ada, dan prestasi kerja cenderung rendah. Sejalan dengan
meningkatnya stress, prestasi kerja cenderung naik, karena stress
membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya dalam memenuhi
berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Bila stress telah
mencapai “puncak” yang dicerminkan kemampuan pelaksanaan kerja harian
karyawan, maka stress tambahan akan cenderung tidak menghasilkan
perbaikan prestasi kerja.
Akhirnya
bila stress menjadi terlalu besar, prestasi kerja akan mulai menurun,
karena stress mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikannya menjadi tidak mampu untuk mengambil
keputusan-keputusan dan perilakunya menjadi tidak teratur. Akibat paling
ekstrim adalah prestasi kerja menjadi nol, karena karyawan menjadi
sakit atau tidak kuat bekerja lagi, putus asa, keluar atau “melarikan
diri’ dari pekerjaan dan mungkin diberhentikan.
. Disiplin
Disiplin
adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar
organisasional. Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu preventif dan
korektif.
1 Disiplin Preventif
Disiplin
preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para
karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga
penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk
mendorong disiplin diri diantara para karyawan. Dengan cara ini para
karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa
manajemen.
Manajemen
mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin
preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Bila para
karyawan tidak mengetahui standar-standar apa yang harus dicapai, mereka
cenderung menjadi salah arah atau gratik. Disamping itu, manajemen
hendaknya menetapkan standar-standar secara positif dan bukan secara
negatif seperti “jaga keamanan” bukan “jangan ceroboh”. Mereka biasanya
juga perlu mengetahui alasan-alasan yang melatar belakangi suatu standar
agar mereka dapat memahaminya.
2. Disiplin Korektif
Disiplin
korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran
terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari
pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa
suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan (disciplinary action) sebagai contoh, tindakan pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing.
Sasaran-sasaran
tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan
mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menajtuhkan karyawan yang
berbuat salah. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan
diwaktu yang akan datang bukan menghukum kegiatan di masa lalu.
Pendekatan negatif yang bersifat menghukum biasanya mempunyai berbagai
pengaruh sampingan yang merugikan, seperti hubungan emosional terganggu,
absensi meningkat, kelesuan, dan ketakutan pada atasan. Berbagai
sasaran tindakan pendisiplinan secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperbaiki pelanggar
2. Untuk menghalangi para karyawan yang lain melakukan kegiatan-kegiatan yang serupa
3. Untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif
Bentuk
tindakan pendisiplinan yang terakhir adalah pemecatan. Tindakan ini
sering dikatakan sebagai kegagalan manajemen dan departemen personalia,
tetapi pandangan tersebut tidak realistik. Tidak ada manajemen maupun
karyawan yang sempurna, sehingga hampir pasti ada berbagai masalah yang
tidak dapat dipecahkan. Kadang-kadang lebih baik bagi seorang karyawan
untuk pindah bekerja di perusahaan lain. Bagaimanapun juga, organisasi
mempunyai batas kemampuan yang dapat dicurahkan untuk mempertahankan
seorang karyawan jelek.
BAB XI
PRODUKTIVITAS
A. Pengertian Produktivitas
v Pengertian baku produktivitas menurut Laporan Dewan Produktivitas Nasional adalah :
1. Produktivitas
mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin
dan harus lebih baik dari hari ini.
2. Secara
umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang
dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang telah dioperasionalkan.
3. Produk
dan produktivitas merupakan dua pengertian berbeda sebab peningkatan
produk menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan
produktivitas mengandung arti penambahan hasil dan perbaikan cara
pencapaian produksi tersebut.
4. SDM
mempunyai peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas karena
alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya
manusia.
5. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil senyatanya dengan hasil yang seharusnya dicapai.
6. Produktivitas
tenaga kerja maupun dengan faktor lain : pendidikan, ketrampilan,
kedisiplinan, motivasi, upah, jaminan sosial, teknologi dan lain-lain.
7. Peningkatan
produktivitas tenaga kerja merupakan pembaharuan pandangan hidup dan
kultur serta sikap mental untuk meningkatkan mutu kehidupan.
v Pengertian produktivitas menurut Payment J. Simanjuntak
Produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan.
Secara
umum, produktivitas karyawan adalah segala usaha yang bisa menghasilkan
lebih banyak dan berkualitas lebih baik dengan sumber daya yang sama
sehingga cenderung sebagai peningkatan efisiensi dan efektivitas proses
menghasilkan suatu produk.
B. Pengukuran Produktivitas
Adapun alasan perusahaan untuk mengadakan pengukuran produktivitas adalah :
1. Digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa efisien dan efektifitas produksi sehingga memotivasi proses tersebut.
2. Digunakan
sebagai sarana manajemen untuk menentukan target/ sasaran tujuan dan
digunakan sebagai pertukaran informasi antara tenaga kerja serta
manajemen secara periodik terhadap suatu masalah yang terkait.
3. Digunakan
sebagai sarana pengamatan dan kontrol atas perubahan. Perubahan dari
gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnoliknya menunjukkan
kemacetan dan rintangan dalam peningkatan kredibilitas perusahaan
Adapun untuk mengukur tingkat kenaikan produktivitas secara operasional dapat diketahui dengan beberapa hal sebagai berikut :
1. Input turun dan output tetap
2. Input turun dan output naik
3. Input naik dan output naik dengan kenaikan yang lebih besar dari kenaikan input
4. Input turun dan output dengan jumlah penurunannya lebih kecil dari turunnya input
C. Manfaat Produktivitas
● Arti penting produktivitas bagi individu antara lain ;
1. Meningkatnya
pendapatan dan jaminan sosial, hal tersebut dapat memperbesar kemampuan
atau daya untuk memberi barang dan jasa demi keperluan sehari-hari
sehingga kesejahteraannya akan lebih baik.
2. Dapat meningkatkan harkat martabat serta pengakuan terhadap potensi yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan.
3. Dapat meningkatkan motivasi kerja dan insentif untuk meningkatkan prestasi
● Arti penting produktivitas bagi perusahaan ada dua macam
1. Manfaat Mikro
- Penurunan ongkos-ongkos per unit
- Peningkatan kemampuan daya saing perusahaan
- Penghematan sumber-sumber daya masukan
- Peningkatan daya dalam membayar gaji dan upah
- Peningkatan kontribusi pajak
- Dapat menunjang hubungan kerja yang lebih baik
- Peningkatan kualitas produksi barang dan jasa yang dihasilkan
2. Manfaat Makro
- Dapat
menunjang kelestarian dan perkembangan perusahaan, sebab dengan
peningkatan produktivitas, perusahaan akan memperoleh laba untuk
investasi yang baru
- Dapat
membuka kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan
meningkatkan penghasilan dan penurunan harga-harga barang dan jasa di
pasar
- Perbaikan keadaan dan fasilitas kerja serta mutu hidup dan jaminan sosial kerja
- Dapat
menambah perluasan kesempatan kerja, hal ini terjadi karena keuntungan
yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk eksport sehingga dapat
meningkatkan standar hidup dan citra karyawan.
- Pada umumnya dapat mencapai landasan ekonomi yang kuat bagi peningkatan standar hidup dan kesejahteraan manusia.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Setiap
perusahaan pasti ingin mencapai suatu tingkat produktivitas perusahaan
yang tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut pimpinan perusahaan harus
memperhatikan faktor-faktor yang mendorongnya.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan adalah sarana fisik
perusahaan dan produktivitas tenaga kerja. Dari kedua faktor tersebut
yang akan dibahas lebih lanjut adalah produktivitas tenaga kerja atau
sering disebut produktivitas kerja.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang antara lain;
1. Pendidikan dan Latihan
Pendidikan
membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu
dengan lebih cepat dan cepat. Latihan membentuk dan meningkatkan
kapasitas kerja, dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin tinggi pula produktivitasnya.
2. Gizi dan Kesehatan
Keadaan
gizi dan kesehatan kerja yang baik akan memberikan kemampuan serta
kesegaran fisik dan mental seseorang dalam melakukan pekerjaan. Semakin
baik akan gizi dan kesehatan seseorang semakin tinggi tingkat
produktivitasnya.
3. Penghasilan dan Jaminan Sosial
Penghasilan
dan jaminan sosial dalam arti imbalan atau penghargaan ternyata dapat
menjadi pendorong atau insentif untuk bekerja lebih giat atu lebih
produktif. Karyawan yang menghasilkan lebih biasanya memperoleh
penghasilan dan jaminan sosial yang lebih baik pula. Sistem pengupahan
yang seperti itu bukan saja untuk menjamin pemberian imbalan atas
prestasi seseorang, tetapi juga untuk mendorong setiap karyawan
berprestasi lebih baik.
4. Umur
Perusahaan
perlu untuk mengetahui beberapa kira-kira usia pekerja untuk
berprestasi dengan baik dalam arti dapat mencapai produktivitas yang
tinggi.
5. Masa Kerja
Masa kerja dapat meningkatkan ketrampilan kerja sehingga juga dapat meningkatkan produktivitas.
6. Kesempatan Kerja
Tingkat
produktivitas seseorang juga sangat tergantung pada kesempatan yang
terbuka padanya. Kesempatan dalam hal ini sekaligus berarti :
6.1 Kesempatan untuk kerja
6.2 Pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan ketrampilan tiap-tiap orang
6.3 Kesempatan memperkembangkan diri
Ketrampilan
dan produktivitas kerja seseorang berkembang melalui perusahaan dan di
dalam pekerjaan. Ketrampilan tertentu dapat menurun atau hilang sama
sekali, sebaliknya ketrampilan yang diterapkan secara terus menerus
dapat berkembang. Rendahnya produktivitas kerja seseorang itu
ditempatkan dalam pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan
ketrampilan.
7. Peningkatan Kemampuan Manajerial Pimpinan
Prinsip
manajerial adalah efisiensi dengan mengurangi keborosan sumber-sumber
yang digunakan secara maksimal, termasuk barang modal, bahan mentah dan
setengah jadi dan tenaga kerja itu sendiri. Penggunaan sumber-sumber
termasuk secara berdaya guna dan berhasil (tepat guna)
8. Kebijaksanaan Pemerintah
Usaha
peningkatan produktivitas sangat sensitif terhadap kebijaksanaan
pemerintah dibidang moneter, produksi investasi, perijinan usaha,
teknologi, fiskal harga, distribusi dan lain-lain.
BAB XII
HUBUNGAN INDUSTRIAL PANCASILA
A. Ruang Lingkup Hubungan Industrial
Hubungan
industrial menggambarkan sebuah sistem yang kompleks yang pada dasarnya
merupakan hubungan antara pelaku dalam proses barang dan atau jasa.
Para pelaku tersebut terdiri dari para karyawan, pengusaha dan
pemerintah termasuk masyarakat. Sebagai sebuah sistem yang dinamis, maka
hubungan industrial memiliki sub-sub sistem atau bagian (dalam hal ini
para pelaku dalam produksi) yang berperan sesuai dengan bidang mesinnya,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan iklim kerja dan usaha yang
harmonis.
Ruang
lingkup hubungan industrial meliputi seluruh aspek dan permasalahan
sekonomi, sosial, politik, budaya dan teknologi serta lainnya yang
langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan hubungan antara pekerja,
pengusaha dan pemerintah/ masyarakat.
B. Pengertian dan Tujuan Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
Sesuai
dengan pedoman pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP), berikut
ini dipaparkan pengertian dan tujuan Hubungan Industrial Pancasila.
Hubungan
Industrial Pancasila adalah satu sistem hubungan yang terbentuk antara
para pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (pekerja, pengusaha
dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan
manifestasi dari keseluruhan sila-sila dari pancasila dan UUD 1945, yang
tumbuh dan berkembang di atas kepribadian bangsa dan kebudayaan
nasional Indonesia
Sejalan
dengan pengertian di atas, sila-sila dari Pancasila yang melandasi HIP
adalah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Sila
yang satu tidak lebih menonjol peranannya dari sila yang lain. Dalam
membahas suatu sila sebagai dasar, tidak boleh terlepas dari sila yang
lain, karena Pancasila harus dilaksanakan dan diamalkan secara bulat dan
utuh.
Tujuan
Hubungan Industrial adalah mengemban cita-cita proklamasi kemerdekaan
Negara Republik Indonesia 17 Agustus 1945 di dalam Pembangunan Nasional,
ikut mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan
tersebut dicapai melalui penciptaan ketenangan, ketentraman,
ketertiban, kegairahan kerja serta ketenangan usaha, meningkatkan
produksi atau produktivitas dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta
derajadnya sesuai dengan martabat manusia.
C. Azas-azas Dalam Hubungan Industrial Pancasila
Dalam mencapai tujuannya, Hubungan Industrial Pancasila mendasarkan diri pada azas-azas pembangunan yaitu :
a. azas Manfaat
b. azas Usaha bersama dan kekeluargaan
c. azas Demokrasi
d. azas Adil dan merata
e. azas Peri kehidupan dalam kesinambungan
f. azas Kesadaran Hukum
g. azas Kepercayaan
Dalam pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila berdasarkan kepada dua azas kerja yaitu :
(a) azas Kekeluargaan dan gotong royong
(b) azas Musyawarah untuk mufakat
Sedangkan
sebagai manifestasi dari kedua azas di atas, maka HIP mendasarkan diri
kepada 3 (tiga) azas kerja sama, yaitu bahwa pekerja dan pengusaha
merupakan teman seperjuangan dalam :
- Proses produksi, berarti mereka wajib bekerja serta membantu kelancaran usaha
- Dalam
pemerataan menikmati hasil perusahaan, berarti hasil usahanya dinikmati
bersama dengan bagian layak/ sesuai dengan prestasinya.
- Dalam
bertanggung jawab, kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara,
masyarakat sekeliling, pekerja dan keluarganya dan kepada pengusaha
dimana mereka bekerja.
D. Ciri-ciri Khusus dalam Hubungan Industrial Pancasila
(1) HIP
mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan hanya bertujuan untuk sekedar
mencari nafkah saja, akan tetapi sebagai pengabdian kepada Tuhannya,
kepada sesama manusia, kepada masyarakat, bangsa dan negara.
(2) HIP
menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka, tetapi
sebagai manusia pribadi dengan segala harkat dan martabatnya. Karena itu
perlakuan pengusaha kepada pekerja bukan hanya dilihat dari segi
kepentingan produksi belaka, akan tetapi haruslah dilihat dalam rangka
meningkatkan harkat dan martabat manusia.
(3) Hubungan
Industrial Pancasila melihat antara pekerja dan pengusaha bukanlah
mempunyai kepentingan yang bertentangan akan tetapi mempunyai
kepentingan yang sama yaitu kemajuan perusahaan. Karena dengan
perusahaan yang majulah semua fihak akan dapat meningkatkan
kesejahteraan.
(4) Dalam
HIP setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus
diselesaikan dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat yang
dilakukan secara kekeluargaan. Karena itu penggunaan tindakan penekanan
dan aksi-aksi sepihak seperti mogok, penutupan perusahaan (lock out) dan lain-lainnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip HIP.
(5) Di
dalam pandangan HIP terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban
kedua belah pihak dalam perusahaan. Keseimbangan itu dicapai bukan
didasarkan atas perimbangan kekuatan (balance of power),
akan tetapi atas dasar rasa keadilan dan kepatuhan. Disamping itu juga
HIP juga mempunyai pandangan bahwa hasil-hasil perusahaan yang dicapai
berdasarkan kerja sama antara pekerja dan pengusaha, harus dapat
dinikmati secara adil dan merata sesuai dengan pengobanan masing-masing.
(6) Dalam
HIP dituntut adanya saling pengertian antara karyawan dan pengusaha.
Disatu pihak, pengusaha perlu menyadari dan mengakui bahwa :
- Karyawan perlu diajak berperan serta di dalam memecahkan persoalan-persoalan perusahaan.
- Karyawan menghendaki agar pengusaha dapat memberikan upah yang layak
- Karyawan menghendaki diberi tanggung jawab terhadap pekerjaannya dan diberi kesempatan untuk berkembang
- Karyawan
menginginkan adanya ketenangan, kepastian kerja dan diberi kesempatan
untuk mengutarakan keluhan-keluhannya serta memperoleh tanggapan yang
wajar dari pengusaha
(7) Di pihak karyawan dan Serikat Pekerja harus menyadari dan mau menerima keadaan, bahwa :
- Fungsi memimpin dan mengendalikan perusahaan berada di tangan pengusaha yang perlu dukungan dari karyawan atau Serikat Pekerja.
- Di
samping memberikan upah/ gaji dan kesejahteraan bagi karyawan,
pengusaha masih harus menjamin keperluan-keperluan lain, seperti;
perluasan usaha, penggantian barang-barang modal, pemberian deviden
untuk para pemilih modal dan pembayaran pajak.
- Pengusaha mempunyai wewenang untuk memilih dan mengangkat karyawan untuk suatu pekerjaan tertentu
- Keanggotaan
karyawan dalam Serikat Pekerja tidaklah berarti mengurangi kesetiaan
dan disiplin kerja karyawan terhadap peraturan perusahaan dan kepada
pengusaha.
E. Sarana dan Kelembagaan dalam Pelaksanaan HIP
Dalam
rangka mencapai tujuan HIP, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan
sarana-sarana dan kelembagaan untuk mewujudkan falsafah HIP dalam
kehidupan sehari-hari. Sarana dan kelembagaan tersebut antara lain :
1. Lembaga Kerjasama Bipartit
Adalah
suatu lembaga atau badan di dalam suatu perusahaan yang anggotanya
terdiri dari wakil-wakil pekerja dan wakil-wakil pengusaha yang
merupakan forum konsultasi dan komunikasi untuk memecahkan masalah
bersama seperti produktivitas kerja, disiplin kerja, ketenangan kerja
dan ketenangan usaha dan lain-lain.
Tujuan Lembaga Kerjasama adalah :
Untuk
mengembangkan hubungan industrial yang serasi pada tingkat perusahaan,
guna mencapai sasaran dalam lingkungan perusahaan yang harmonis dan
sasaran nasional baik di bidang pertumbuhan ekonomi, stabilitas di
sektor industri dan perluasan kesempatan kerja.
2. Lembaga Kerjasama Tripatit
Lembaga
kerjasama tripatit adalah lembaga konsultasi dan komunikasi antara
wakil pekerja, pengusaha dan pemerintah untuk memecahkan masalah-masalah
bersama dalam bidang ketenaga-kerjaan, lembaga ini didirikan baik
tingkat nasional, propinsi dan kabupaten atau kotamadya. Lembaga ini
juga dibentuk bersifat umum ataupun untuk sektor-sektor tertentu.
Kesepakatan Kerja Bersama
Antara
wakil pengusaha atau kelompok pengusaha di satu pihak dengan
wakil-wakil pekerja atau Serikat Pekerja di lain pihak perlu melakukan
suatu Perundingan Bersama untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
mungkin timbul, misalkan mengenai syarat-syarat kerja dalam perusahaan,
agar tercapai suatu persesuaian. Semua syarat-syarat kerja yang telah
disepakati melalui perundingan bersama tersebut, dinamakan Kesepakatan
Kerja Bersama (KKB) atau Collective Labor Agreement (CLA).
Kesepakatan
Kerja Bersama yang dilaksanakan dengan cara musyawarah akan sangat
bermanfaat bagi kedua belah pihak, yaitu pihak karyawan dan pengusaha.
Bagi pihak karyawan akan dapat mengetahui, misalkan mengenai upah/ gaji,
tunjangan, jaminan sosial yang pada umumnya berupa hak cuti, rekreasi,
jaminan kesehatan, pensiun dan lain-lain. Juga pihak karyawan akan dapat
mengetahui perihal kewajiban-kewajibannya seperti memberikan
pertanggung jawaban pekerjaan, disiplin kerja dan sebagainya.
Di
pihak pengusaha, akan dapat memperoleh kejelasan hak dan kewajiban
tentang kelancaran produksi, ketentraman kerja dan peningkatan
kesejahteraan bagi seluruh karyawan.
Kesepakatan
Kerja Bersama tersebut pada umumnya dilaksanakan untuk periode tertentu
misalkan dua tahun. Apabila antara pihak pengusaha dan pihak karyawan
sulit mencapai kesepakatan, maka dapat dilakukan pendekatan melalui
Lembaga Tripatit atau dengan jasa pihak Pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Edwin B, Flippo, 1995, Principles of Personal Management, Mc. Graw Hill Book co inc.
Gary Dester 1995, Manajemen Personalia, Teknik dan Konsep Modern, Erlangga, Jakarta
Henry Simamora, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta
Heidjrachman Suad Husnan, 2002, Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta
T. Hani Handoko, 2000, Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia, BPFE Yogyakarta
Criter, 1969, Perencanaan Tenaga Kerja, Erlangga, Jakarta
Moch. Darsyah Sinungar, 1992, Produktivitas Apa dan Bagaimana, Bumi Aksara, Jakarta
Payment J. Simanjutak, 1980, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, FE-UI, Jakarta
Komentar